Selasa, 23 Februari 2010

44. Ayah Ibu dalam Kenangan

Untuk putra-putri, cucu dan cicitku
serta Saudaraku seiman.

Ayah Ibu,
Sembilan bulan aku mengisap darah Ibu,
Di dalam perut Ibu.

Terlahir aku ke dunia bersimbah darah,

Terkuak air mata bercampur basah darah.

Dua tahun aku isap air susu Ibu,
Puluhan tahun aku isap tenaga Ayah Ibu,
Puluhan tahun aku isap keringat Ayah Ibu,
Puluhan tahun pula aku isap air mata Ayah Ibu.

Kau rela berkorban nyawa untuk aku,
Kau rela mempertaruhkan hidupmu untuk aku.

Kesusahan demi kesusahan datang berlari,
Penderitaan demi penderitaan datang berlomba lari,

Kesusahan demi kesusahan kau lalui,
Penderitaan demi penderitaan kau lampaui,
Akhirnya merangkak, berdiri dan berlari aku lalui.

Kau sekolahkan aku agar pandai menulis dan membaca,
Menulis dengan huruf Latin dan huruf Alif Ba Ta.
Kau serahkan aku ke rumah ’ngaji,
Supaya dapat mengenal Ilahi.

Dengan susah payah kau sekolahkan aku,
Sampai ke perguruan tinggi.
Dengan susah payah kau ajari aku,
Bagaimana cara hidup mandiri.

Dengan susah payah kau ajari pula aku selalu,
Bagaimana cara menghargai waktu.

Kutahu kau sudah lelah mendidik aku,
Tetapi karena cintamu cinta suci,
Kau korbankan perasaan demi aku,
Yang acap kali tidak perduli.

Kau ingin mengangkat derjatmu dan derjatku,
Karena itu kau hibur dan kau rangkul juga aku,
Dalam kasih sayangmu selalu.

Ayah Ibu, Engkaulah sumber kebahagiaan,
Kini telah aku reguk kebahagiaan ........................................ .
Adalah dzolim jika kebahagiaan itu,
Tidak menjadi kebahagiaan bagimu.
Adalah dzolim jika kebahagiaan itu,
Tidak menjadi kebanggaan bagimu,
Kalau keturunanmu tidak dapat mengangkat derjat bagimu.

Ayah Ibu,
Takkan cukup kata untuk memuji kasihmu,
Takkan cukup bakti untuk membalas tulus hatimu,
Takkan cukup cinta untuk membalas budi baikmu.

Tuhanku, kasihanilah Ayah dan Ibuku................... !
Mereka berdua orang tuaku,
Di waktu kecil telah merawatku,
Membesarkan dan mendidikku.

Laplah keringat dan air matanya dengan tangan-Mu,
Hibur dan tentramkanlah hatinya dengan kelembutan-Mu,
Sayangilah sebagaimana ia telah menyayangiku,
Rangkullah ia dalam Kasih-Mu selalu.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

43. Wasiat Wakil Guru Tarikat Kepada Ibrahim Bin Adam

Ibrahim bin Adam berkata :
”Datang tamu wakil guru Tarikat,
Jumlahnya tak seberapa,
Kepada mereka saya berkata :
Berikanlah aku nasihat walau tak seberapa.”
Mereka berkata :
”Kami wasiatkan kepada kamu tujuh perkara :

Orang yang banyak bicaranya,
Jangan harapkan sangat kesadaran hati daripadanya.

Orang yang banyak makannya,
Jangan harapkan sangat kata-kata hemat daripadanya.

Orang yang banyak bergaul kepada manusia,
Jangan harapkan sangat kemanisan ibadah dia.

Orang yang cinta kepada dunia,
Jangan harapkan sangat Husnul Khotimah dia.

Orang yang ada bodohnya akan lemah hatinya,
Jangan kamu harapkan sangat akan hidup hatinya.

Orang berkawan dengan yang jahat hatinya,
Jangan harapkan sangat kelurusan agama dalam hatinya.

Orang yang mencari keridhoan manusia,
Jangan harapkan sangat keridhoan Allah kepada dia.”

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

42. Wasiat Allah SWT. Kepada Rasulullah saw.

Dari Nabi saw. setelah kembali dari langit :
”Pada waktu malam aku diisrakkan sampai ke langit,
Allah SWT. telah memberikan lima wasiat dari langit :

Jangan gantungkan hatimu kepada dunia,
Karena Aku tidak menjadikan untukmu dunia.

Jadikan cintamu kepada-Ku,
Karena tempat kembali adalah kepada-Ku.

Bersungguh-sungguhlah engkau mencari Sorga,
Sesungguhnya tak ada yang lebih baik daripada Sorga.

Putuskan harapan dari makhluk,
Karena sedikit pun tidak ada kuasa di tangan makhluk.

Rajinlah mengerjakan sholat Tahajjud,
Karena pertolongan itu beserta di dalam sholat Tahajjud.”

Demikianlah pesan Allah kepada Rasulullah,
Sebagai utusan Allah.

Pesan itu bukan saja untuk Rasul-Nya,
Tetapi juga untuk semua hamba dan Rasul-Nya.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

41. Al-Qur’an Sebagai Pembela di Hari Akhirat

Bersabda Rasulullah Nabi Akhir Zaman :
”Pelajari kamulah Al-Qur’an tiap halaman,
Di akhirat nanti ia akan datang kepada orang yang membacanya,
Orang di kala itu sangat memerlukan Al-Qur’an yang dibacanya,
Ia datang dalam bentuk yang sangat indah wajahnya.”

Ia bertanya tetapi akhirnya ia menjawab :
”Kenalkah kamu kepadaku ?”
Orang yang pernah membaca akan menjawab :
”Siapakah kamu ?”

Berkata Al-Qur’an itu :
”Akulah yang kamu cintai itu,
Akulah yang kamu sanjung itu,
Kamu juga telah bangun malam untuk aku,
Di siang hari pun kamu baca juga aku.”

Berkata orang yang membaca Al-Qur’an :
”Adakah kamu Al-Qur’an ?”
Mengaku Al-Qur’an itu,
Dan menuntun orang yang pernah membacanya itu,
Menghadap Allah Tuhan segalanya itu.

Orang itu diberi kerajaan di tangan kanannya,
Di tangan kiri diberi perlengkapan dan makanannya,
Ia letakkan mahkota di atas kepalanya,
Hingga mahkota menghiasi kepalanya.

Pada ke dua ayah bundanya,
Diberi perhiasan dengan berlipat gandanya,
Yang sangat banyaknya.
Bertanya ke dua Ayah Bundanya karena banyaknya,
”Dari manakah kami memperoleh ini semua ?”
Lalu dijawab : ”Anak kamu telah mempelajari Al-Qur’an semua,
Kamu diberi ini semua.”

Harta bukan dibawa mati,
Ia hanya kekayaan sesa‘at.
Harta juga harus dicari,
Gunanya untuk jalan menuju akhirat.

Karena itu didiklah anak anda,
Supaya dapat mengenal Ilahi.
Diakhirat dapat menolong anda,
Di dunia pun apa lagi.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

40. Ayat Kursi Menjelang Tidur

Di bulan Ramadhan Abu Hurairah menjaga gudang zakat,
Muncul seorang pencuri yang takut diserahkan kepada Nabi.
Pencuri itu ditangkap karena ia mencuri zakat.
Kata Abu Hurairah : ”Kuadukan kau kepada baginda Nabi”.

Pencuri itu merengek-rengek minta dilepaskan,
Katanya ia orang miskin hidupnya sangat jauh dari pas-pasan.
Pencuri itu pun dilepaskan.

Esoknya Abu Hurairah melapor kepada Rasulullah.
Ia mengeluh : ”Ya Rasulullah,
Katanya ia miskin, keluarganya belum makan.”
Kata Abu Hurairah : ”Karena kasihan ia kulepaskan.”

”Bohong dia,” sabda baginda Nabi,
”Nanti malam ia akan datang lagi.”
Benar juga pencuri itu datang lagi,
Pencuri tertangkap lagi.

”Akan aku adukan kamu kepada baginda Nabi,”
Ancam Abu Hurairah sama seperti kemarin lagi.
Karena pencuri berjanji tidak akan datang lagi,
Pencuri dilepas lagi.

Keesokan hari Abu Hurairah melapor lagi kepada Nabi,
Rasul bersabda lagi :
”Pencuri itu bohong dan nanti malam ia akan datang lagi.”
Malamnya pencuri itu memang benar datang lagi,
Dan tertangkap lagi.

Pencuri itu takut juga diserahkan kepada Nabi,
Ia minta dilepaskan lagi,
Ia mengajarkan bacaan ayat Kursi tangkal setan laknat Ilahi,
Agar Abu Hurairah selalu dipelihara Ilahi,
Dan tidak ada syetan mendekat sampai pagi.

Keesokan harinya ia kembali menghadap Nabi :
”Memang benar tadi malam pencuri itu datang lagi,
Ia mengajarku Ayat Kursi tangkal setan laknat Ilahi.”
Kata Abu Hurairah :”Ia kulepas lagi.”

”Pencuri itu telah berkata benar adanya,
Sekali pun ia tetap pendusta adanya.
Pencuri yang bertemu denganmu itu,
Tiap malam itu,
Tahukah kamu ?”
”Itulah syetan,” sabda Rasulullah kepadaku.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

39. Kisah Pemuda Beribu-Bapakan Babi

Nabi Musa Nabi yang sering berdialog dengan Allah Ta‘ala,
Setiap kali bermunajat ia naik ke bukit Tursina,
Di sanalah ia berdialog dengan Allah Ta‘ala.
Nabi Musa sering menyapa di bukit Tursina,
Allah menjawab pada waktu itu juga.
Inilah kelebihan Nabi Musa,
Nabi-Nabi lain kelebihan seperti ini tak pernah dijumpa.

Nabi Musa bertanya kepada Allah pemilik Sorga :
”Siapakah nanti jiranku di sorga ?”
Allah pun menyebutkan namanya,
Menyebutkan kampung dan tempat tinggal selain namanya.

Dengan pertolongan orang kampung itu,
Musa pun sampai di tempat itu.
Dan bertemu dengan orang itu,
Sesudah memberi salam dipersilakan ia masuk ke rumah itu,
Dan duduk di ruang tamu rumah itu.

Tuan rumah tidak melayani nabi Musa,
Ia pergi ke kamar dan ke luar mendukung babi betina pula.
Nabi Musa terkejut melihatnya,
Babi itu dimandikan dan dibersihkannya pula,
Dilap dan dipeluk ciumnya diantar ke kamar, begitulah dilihatnya.

Demikian pula babi jantan lebih besar dari itu,
Diperlakukannya seperti itu.
Dimandikan dan dibersihkannya,
Dilap hingga kering, dipeluk dan dicium sesudah dibersihkannya.

Selesai kerjanya barulah ia melayani nabi Musa.
”Apakah agamamu ? ”Tanya nabi Musa.
”Aku agama Tauhid, agama Allah”, jawab pemuda itu.
”Kenapa kamu memelihara babi ?” Kata nabi Musa.
”Kita tidak boleh berbuat begitu,” katanya kepada pemuda itu.

”Wahai tuan hamba,” kata pemuda itu.
”Sebenarnya Ibu Bapa kandungku adalah ke dua babi itu.
Mereka dikutuk Allah karena melakukan dosa besar.
Soal dosa urusan mereka itu dengan Allah Yang Maha Besar.
Aku sebagai anak,
Tetap melaksanakan kewajibanku sebagai anak,
Walau pun rupa mereka seperti babi,
Aku tetap melaksanakan tugasku setiap hari.

Tiap hari aku berdo‘a kepada Allah,
Agar mereka diampuni Allah,
Dan kembali rupa mereka seperti semula diciptakan Allah.”

Allah berfirman lagi :
”Wahai Musa inilah jiranmu di sorga nanti,
Sekali pun Ibu Bapanya sudah buruk dengan rupa babi,
Juga kepada ke dua orang tuanya ia tetap berbakti.
Kami naikkan ia jadi anak sholih sebagai tanda berbakti.

Kami angkat do‘a anaknya yang menyayangi Ibu Bapanya,
Tempat ke dua Ibu Bapanya,
Kami sediakan di dalam neraka,
Telah kami pindahkan ke dalam sorga dan tidak lagi di neraka.”

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

38. Hal-hal yang Menemuinya di Alam Qubur

Siapa mendirikan masjid,
Ia mendapat pahala dari Allah.
Selagi itu masjid,
Dipakai orang beribadah kepada Allah.

Air sungai yang disalurkannya,
Untuk orang banyak,
Selagi ada orang mempergunakannya,
Ia mendapat pahala banyak.

Siapa menulis kitab (mushaf),
Untuk orang banyak,
Selagi ada orang membaca itu Mushaf,
Ia akan mendapat pahala banyak.

Perigi yang digalinya,
Untuk orang banyak,
Selagi ada orang memakainya,
Ia akan mendapat pahala banyak.

Siapa membuat lampu jalan,
Untuk orang banyak,
Selagi ada orang yang berjalan,
Ia akan mendapat pahala banyak.

Siapa membangun rumah,
Untuk Ibnussabil,
Ia mendapat pahala (upah),
Selama rumah itu dipakai ibnussabil.

Siapa membuang duri dari jalan,
Agar tidak terkena orang banyak,
Selagi ada orang yang berjalan,
Ia akan mendapat pahala banyak.

Barang siapa menanam tanam-tanaman,
Selagi ada yang memakannya,
Baik manusia atau pun hewan yang memakannya,
Ia akan mendapat pahala dari menanam tanam - tanaman.

Ilmu yang berguna diajarkan,
Ia akan mendapat pahalanya.
Kalau ilmu itu diamalkan,
Oleh orang yang belajar daripadanya.

Anak-anak sholih ditinggalkan ke dua orang tuanya,
Mendapat pahala ke dua orang tua mereka.
Karena selalu mendo‘akan orang tuanya,
Dan beristighfar untuk mereka.

Anak yang diajari ilmu Al-Qur’an,
Orang yang mengajarinya mendapat pahala,
Selagi anak itu mengamalkan Al-Qur’an,
Tanpa mengurangi anak itu pahala.

Siapa bersedekah,
Waktu hidupnya,
Ia ditolong oleh sedekah,
Yang dikeluarkan waktu hidupnya.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

37. Manusia Berhadapan Dengan Enam Persimpangan

Abu Bakar r.a. berkata untuk anda :
”Sesungguhnya Iblis berdiri di depan anda,
Jiwa di sebelah kanan anda,
Nafsu di sebelah kiri anda,
Dunia di sebelah belakang anda,
Semua anggota tubuhmu berada di sekitar tubuh anda,
Sedangkan Allah di atas anda.

Iblis terkutuk mengajakmu meninggalkan agama,
Anggota tubuhmu mengajakmu berbuat yang dilarang agama.
Jiwa mengajakmu ke arah maksiat,
Nafsu mengajakmu memenuhi syahwat agar jatuh ke maksiat,
Dunia mengajakmu supaya memilihnya dari akhirat,
Tuhan mengajakmu masuk sorga,
Serta mendapatkan keampunan yang punya sorga.

Siapa memenuhi ajakan iblis pada dirinya,
Hilang agama dari dirinya.

Siapa memenuhi ajakan jiwanya,
Hilang darinya nilai nyawa karena jiwanya.

Siapa memenuhi ajakan nafsunya,
Hilanglah akal dari diri karena nafsunya.

Siapa memenuhi ajakan dunia pada dirinya,
Hilang akhirat dari dirinya.

Siapa yang memenuhi ajakan anggota tubuhnya,
Hilang sorga dari diri karena anggota tubuhnya.

Siapa memenuhi ajakan Allah Yang Rahman,
Hilang dari dirinya semua kejahatan,
Dan memperoleh semua kebaikan.

Iblis adalah musuh manusia semuanya,
Manusia adalah sasarannya.
Manusia hendaklah berada di kewaspadaan semuanya,
Iblis senantiasa melihat tepat pada sasarannya.”

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

36. Sholat Memakai Pakaian Ketat yang Membentuk Tubuh atau Aurat

Dibenci syara‘ pakaian ketat,
Membahayakan kesehatan pakaian ketat,
Membahayakan badan pakaian ketat.
Sebagian mereka sulit sujud,
Karena terganggu di bagian lutut,
Menyebabkan hilang rasa khusuk.
Pakaian itu menjadikan pemakainya,
Meninggalkan sholat sebagian pemakainya.

Al ‘Allamah Al Albani berkata :
”Musibah pada celana pantalon ketat terdapat dua perkara,
Musibah pertama :
Menyerupai orang kafir pemakaian yang kurang besarnya,
Orang Islam dahulu memakai (sirwal) 40) cukup besarnya,
Di Syiria dan Libanon sebagian masih memakai sirwal cukup besarnya.
Muslimin dahulu tidak mengenal pantalon ketat,
Sesudah dijajah baru mengenal pantalon ketat.

Ketika penjajah meninggalkan negeri kita,
Mereka meninggalkan prilaku buruk di negeri kita.
Kaum muslimin pun mengikutinya,
Disebabkan ketololan atau kebodohan mengikutinya.

Musibah kedua :
Celana pantalon ini membentuk auratnya pula,
Aurat laki-laki dari lutut sampai ke pusatnya.
Sholat diwajibkan agar keadaannya tidak memaksiati Tuhannya.

Ketika sedang sujud kelihatan pantatnya,
Anda lihat dengan jelas berbentuk ke dua pantatnya,
Terlihat berbentuk kemaluannya di antara ke dua pantatnya.
Bagaimana orang demikian ini sholat siang dan malam,
Berdiri di hadapan Tuhan semesta alam.

Yang mengherankan kita,
Masyarakat pemuda muslim mengingkari wanita,
Berpakaian ketat membentuk tubuhnya.
Pemuda ini lupa sesungguhnya,
Ia pun jatuh kepada kemungkaran yang dikerjakan wanita.

Tidak ada perbedaan wanita yang memakai pakaian ketat,
Dengan pemuda yang memakai pantalon ketat.
Keduanya membentuk ke dua pantat,
Sedang pantat laki-laki dan wanita adalah aurat,
Keduanya sama hukumnya.
Wajib atas pemuda tersebut mengetahui hukumnya,
Musibah yang telah menimpa tubuhnya.
Jika pantalon itu longgar tak kelihatan bentuk tubuhnya,
Sholat dengan pakaian itu sah hukumnya.

Yang lebih utama selain memakai celana ketat,
Anggota badan antara lutut dan pusat,
Ditutup dengan gamis,
Sampai setengah betis,
Atau sampai di atas mata kaki,
Karena aurat dapat tertutup rapi,
Yang demikian itu lebih sempurna dan lebih rapi.”

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

35. Durhaka Kepada Ke Dua Orang Tua

Allah dengan firman-Nya :
”Sembahlah Allah Ta‘ala,
Jangan kamu menyekutukan-Nya,
Dengan ciptaan Allah Ta‘ala.
Berbuat baiklah kepada Ibu Bapa.”

Ibnu Abbas r.a. berkata :
”Maksud berbuat baik kepada Ibu dan Bapa,
Tampakkan sikapmu kepada mereka yang menyayang,
Dengan lemah lembut penuh kasih dan sayang.

Jangan sekali-kali menjawab pertanyaan mereka,
Dengan suara atau perkataan yang tidak layak bagi mereka,
Sebagai Ibu dan Bapa.
Jangan melihat Ibu dan Bapa,
Dengan penglihatan kejam, mengeraskan suara kepada mereka,
Melebihi suara mereka.

Usahakan di hadapan Ibu Bapa,
Sebagaimana hamba sahaya,
Di hadapan majikan sendiri,
Dengan menunjukkan sikap rendah diri.
Tidak menyombongkan diri,
Dan tidak pula keras hati dinampakkan sendiri.”

Berfirman Allah :
”Memerintahkan Allah,
Kamu tidak menyembah kecuali kepada-Ku,
Dengan sebaik-baik perbuatanmu,
Berbuat baiklah kepada ke dua orang tuamu !

Bila di suatu sa‘at salah satu di antara ke duanya,
atau ke duanya,
Sudah lanjut usianya,
Dalam pemeliharaan kamu,
Maka janganlah kamu,
Berkata : ”Ah” kepada mereka.
Jangan pula kamu membentak mereka,
Dengan perkataan yang mulialah tuturkan kepada mereka.”

Rendahkan dirimu terhadap mereka,
Dengan penuh kasih dan cinta kepada mereka.
Ucapkanlah do‘a : Wahai Tuhanku,
Kasihanilah Ayah Bundaku,
Mereka berdua orang tuaku,
Di waktu kecil telah merawatku,
Membesarkan dan mendidikku.”

Firman Allah Tuhanku:
”Hendaklah kamu bersyukur kepada-Ku,
Kepada ke dua orang tuamu,
Karena tempat kembali kepada-Ku.”

Rasulullah saw. bersabda :
”Ridha Allah tergantung ridha ke dua orang tua,
Kebencian Allah tergantung kebencian ke dua orang tua.” 35)

Ali bin Abi Thalib berkata :
”Barang siapa menyusahkan hati Ibu dan Bapa,
Berarti durhaka kepada Ibu dan Bapa.” 36)

Wahab bin Munabbih dengan katanya pula :
”Allah pernah memberi wahyu kepada Nabi Musa :
Hormatilah ke dua Ibu dan Bapa wahai Musa,
Orang yang menghormati ke dua orang tuanya,
Akan kupanjangkan usianya,
Aku akan berikan anak yang bakal berbakti kepadanya.
Barang siapa durhaka kepada ke dua orang tuanya,
Kupendekkan usianya,
Aku beri anak yang durhaka kepadanya.”
Demikian Wahab bin Munabbih,
Sebagai mengungkapkan hadits baginda Nabi.

Rasulullah saw. bersabda :
”Bagaimana sikapmu kepadanya ?”
Sang Ibu berkata :
”Wahai Rasulullah aku benci kepadanya.”

Rasulullah dengan sabdanya :
”Mengapa kamu benci kepadanya ?”
Jawab sang Ibu : ” Ia durhaka kepadaku Ibunya,
Anakku mendahulukan kepentingan Istri daripada Ibunya.”

Rasulullah dengan sabdanya :
”Kebencian Ibu Al Qamah,
Telah mengkakukan lidah Al Qamah anaknya.
Tidak bisa diucapkan dua kalimat syahadat oleh Al Qamah.
Demi Tuhan yang jiwaku di tangan kekuasaan-Nya,
Tidak bermanfa‘at segala sholat, sedekah dan puasanya,
Yang dikerjakan anakmu selama Engkau benci padanya.”

Ibu Al Qamah berkata :
”Wahai Rasulullah untuk kebaikannya,
Aku menyaksikan kepada Allah Ta‘ala,
Para malaikat-Nya,
Dan kaum muslimin yang hadir di sini.
Aku telah menyatakan ”ridha” padanya,
(Anakku Al Qamah ini).”

Bilal berangkat ke rumah Al Qamah,
Lalu mendengar Al Qamah,
Bisa mengucapkan ”La Ilaha illallah,”
Sebagai pengakuan kepada Allah,
Dari dalam rumah,
Lantas Bilal masuk ke dalam rumah,
Dan berkata :
”Wahai orang-orang di rumah sedang berada,
Karena Al Qamah dibenci Ibunya,
Menjadikannya tidak bisa mengucapkan syahadat.
Dengan ”keridhaan Ibunya,”
Menjadikan si anak bisa mengucapkan Syahadat.”

Kemudian Rasul berdiri di pinggir makam Al Qamah,
Lalu sabdanya :
”Barang siapa mendahulukan istri seperti Al Qamah,
Dan mengakhirkan Orang Tuanya,
Wahai Muhajirin dan Anshar rahimakumullah,
Akan mendapat laknat dari Allah,
Malaikat dan seluruh manusia hamba Allah.”

Rasulullah saw. bersabda pula :
”Allah mengakhirkan balasan seluruh dosa sampai kiamat tiba,
Kecuali balasan durhaka kepada ke dua orang tua,
Di dunia telah diberikan sebelum ajal datang menimpa. 37)

Allah tidak menerima pembela menolak siksaan-Nya,
Kecuali ia bertobat dan mencari keridhaan-Nya.
Berbuat baiklah kepada ke dua Ibu Bapa.
Keridhaan Allah itu berada di keridhaan Ibu Bapa,
Kebencian Allah itu berada di kebencian Ibu Bapa.

Ibnu Umar r.a. berkata :
Ada seorang lelaki datang kepada Nabi,
Minta izin padanya untuk berjihad, lantas bersabda Nabi :
”Apakah ke dua orang tuamu masih ada ? ”
Lelaki itu berkata : ”Ya. Masih ada !”
Nabi saw. bersabda :
”Berusahalah anda,
Berbakti kepada Ibu dan Bapa anda.”

Ibnu Umar r.a. berkata :
”Rasulullah saw. bersabda :
Dosa besar mempersekutukan Allah Ta‘ala,
Dosa besar membunuh nyawa,
Dosa besar durhaka kepada Ibu dan Bapa,
Dosa besar pula bersumpah palsu kepada siapa saja.”

Tsauban r.a. berkata :
”Rasulullah saw. bersabda :
Amal ibadah tidak berterima karena durhaka kepada Ibu dan Bapa,
Amal ibadah tidak berterima karena menyekutukan Allah,
Amal ibadah tidak berterima karena lari dari perang sabilillah.” 38)

Ibnu Umar r.a. berkata :
”Rasulullah saw. bersabda :
Allah mengharamkan tiga orang untuk masuk sorga di antaranya :
Mengkonsumsi khomar untuk dirinya,
Orang durhaka kepada Ibu dan Bapanya,
Orang membiarkan perzinaan dalam keluarganya,
(Lebih-lebih istrinya).” 39)
H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

35. HR. At-Thabrani
36. R. Al-Khatib
37) HR. Al-Hakim dan Al-Asbihan
38) HR. At-Thabrani
39) HR. Ahmad, An-Nasa‘i dan Al-Hakim

34. Tiga Ayat Diturunkan Bergandengan Tiga Perkara

Ibnu Abbas r.a. berkata :
”Allah tidak akan menerima salah satu gandengannya,
Tanpa lengkap gandengannya.
1. Ta‘atlah kepada Allah, ta‘at pula kepada Rasulullah !
Barang siapa ta‘at kepada Allah,
Tidak ta‘at kepada Rasulullah,
Tidak akan diterima di sisi Allah.

2. Dirikanlah sholat, tunaikan zakat !
Barang siapa sholat memenuhi perintah Allah,
Lantas tidak mengeluarkan zakat,
Tidak akan diterima di sisi Allah.

3. Bersyukurlah kepada Allah dan kepada orang tua !
Barang siapa bersyukur kepada Allah,
Tidak bersyukur kepada orang tua,
Tidak akan diterima di sisi Allah.”

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

33. Kisah Nafsu yang Degil pada Perintah Allah

Sesudah akal diciptakan Allah,
Berfirman Allah :
”Wahai akal menghadaplah engkau !”
Akal pun menghadap ke hadapan Allah.
Berfirman Allah :
”Wahai akal berbaliklah engkau !”
Akal pun berbalik membelakangi Allah.

”Siapakah Aku ?”
Akal pun berkata :
Kepada Sang Pencipta Jagat Raya,
”Engkau adalah Tuhan aku,
Yang menciptakan aku,
Hamba-Mu adalah aku.”

Berfirman Allah :
”Wahai akal tidak akan diciptakan Allah,
Makhluk yang lebih mulia daripada kamu.
Setelah itu Aku menciptakan nafsu sesudah kamu.”

”Wahai nafsu, menghadaplah engkau !”
Nafsu pun tidak menghadap ke hadapan Allah.
Berfirman Allah :
”Siapakah Aku dan siapakah engkau ?”
Nafsu berkata : ”Aku,
Adalah aku,
Engkau,
Adalah Engkau.”
Setelah itu Allah menyiksanya seratus tahun di neraka Jahim,
Dan lalu mengeluarkannya dari neraka Jahim.

”Siapakah engkau dan siapakah Aku ?”
Nafsu berkata : ”Aku adalah aku.
Engkau,
Adalah Engkau.”
Lalu Allah menyiksa nafsu,
Selama seratus tahun dalam neraka Ju‘u.

Setelah dikeluarkan Allah,
Berfirman Allah :
”Siapakah engkau dan siapakah Aku ?”
Akhirnya nafsu berkata dan mengaku :
”Aku adalah hamba-Mu,
Tuhanku adalah Kamu.”

Karena itulah sebabnya,
Allah mewajibkan kita berpuasa.
Nafsu sangat jahatnya,
Jangan biarkan nafsu itu berkuasa,
Hendaklah kita menguasainya.
Kalau nafsu berkuasa,
Kita akan menjadi musnah dikuasainya.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

32. Fadilah Membaca Sholawat Nabi

Allah SWT. dengan firman-Nya :
”Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya,
Bersholawat kepada Nabi-Nya.
Hai orang beriman bersholawat dan bersalamlah kepada Nabi-Nya !”

Rasulullah saw. dengan sabdanya :
”Bacalah sholawat padaku,
Demikian sabdanya,
Sesungguhnya bacaan sholawat padaku,
Adalah penebus dosamu,
Dan pembersih bagimu.
Siapa yang membaca sholawat padaku sekali,
Allah memberinya rahmat sepuluh kali. 28)

Barang siapa membaca sholawat padaku satu kali,
Dibalas oleh Allah dengan sholawat sepuluh kali.
Barang siapa membaca sholawat sepuluh kali,
Dibalas oleh Allah dengan sholawat seratus kali.
Barang siapa membaca sholawat seratus kali,
Allah menulis di antara ke dua mata,
Bebas dari kemunafikan dan bebas dari api neraka.
Dan di hari kiamat dimasukkan ke dalam sorga,
Bersama orang-orang syuhada di dalam Sorga. 29)

Perbanyaklah membaca sholawat bagiku,
Sebab pembacaan sholawat bagiku,
Akan mengampuni dosamu.
Mintalah kepada Allah derajat dan wasilah bagiku,
Sebab wasilahku di sisi Tuhanku,
Adalah syafa‘at penghapus dosamu.” 30)

Berkata Ubai bin Ka‘ab radhiallahu ‘anhu :
”Wahai Rasulullah sesungguhnya aku membaca sholawat,
Berapa lamanya aku membaca sholawat ? ”
Nabi bersabda : ”Sesukamu.
Bila kamu menambah lagi lebih baik bagimu.”
Aku berkata : ”Seperempat dari waktuku ?”
Nabi bersabda : ”Sesukamu.
Bila kamu menambah lagi lebih baik bagimu.”
Aku berkata : ”Separoh dari waktuku ?”
Nabi bersabda : ”Sesukamu.
Bila kamu menambah lagi lebih baik bagimu.”
Aku berkata :
”Dua pertiga ?”
Nabi menjawab : ”Sesukamu.
Bila suka kamu,
Menambah lagi lebih baik bagimu.”
Lalu aku berkata : ”Aku menjadikan seluruh waktuku,
Untuk membacakan sholawat padamu.”
Lantas sabda Nabiku :
”Kalau kamu berbuat seperti itu bagiku,
Kesusahanmu akan diberesi,
Dan dosa-dosamu pun diberesi.” 31)

Rasulullah saw. dengan sabdanya :
”Barang siapa yang namaku,
disebut di hadapannya,
Tidak membaca sholawat padaku,
Berarti tidak jalan ke sorga yang ia tuju bersamaku.” 32)

Rasulullah saw. bersabda :
”Bila ada orang di hadapannya berkata,
Menyebut namaku,
Lantas tidak membaca sholawat padaku,
Itulah orang yang paling bakhil padaku.”

Abu Bakar r.a. berkata mengenai dosa :
”Membaca sholawat pada Nabi,
Memusnahkan beberapa dosa,
Seperti air memadamkan api.
Mengucapkan salam pada Nabi Allah,
Lebih afdhol daripada memerdekakan budak hamba Allah.
Cinta kepada Rasulullah lebih afdhol di sisi Allah,
Daripada berperang di jalan Allah.” 33)

Nabi saw. bersabda :
”Barang siapa,
Menuliskan sholawat untukku,
Di suatu buku,
Para malaikat akan memintakan ampun untuknya,
Selama namaku dimuat dalam bukunya.” 34)

Ibnul Jauzi meriwayatkan,
Dalam kitab Ahzan :
”Ketika Adam ingin mendekati Hawa,
Hawa meminta Adam diberi mas kawin kepada Hawa.”
Berkata Adam :
”Wahai Tuhanku apalah yang akan kuberikan kepada Hawa ?”
Allah berfirman kepada Adam :
”Baca sholawat kepada Muhammad saw. untuk mas kawin Hawa,
Dua puluh kali sholawat.”
Adam pun membacakan dua puluh kali sholawat.

Ka‘bul Ahbar berkata pula:
”Allah pernah memberi wahyu kepada Nabi Musa.
Wahai Musa apakah kamu suka,
Kelak di hari kiamat tidak mengalami kehausan ?”
Musa berkata : ”Ya Tuhan.”
”Perbanyaklah sholawat kepada Muhammad saw. rasul Tuhan !”

Aisyah berkata kepada Nabi :
”Siapakah orang yang tidak melihatmu di hari kiamat, ya Nabi ?”
Rasul saw. menjawab : ”Orang yang bakhil.”
Aisyah bertanya : ”Siapakah itu yang bakhil ?”
Rasul saw. menjawab : ”Orang yang tidak bersholawat padaku,
Ketika mendengar disebut namaku.”

Al Hafidz As Sarji dan lainnya berkata :
”Sesungguhnya seluruh bacaan zikir tidak berguna,
Dan tidak diterima pula,
Di sisi Allah kecuali dengan khusuk ia baca.
Tetapi membaca sholawat pada Rasul Allah,
Akan diterima di sisi Allah,
Sekali pun tidak hadir hatinya kepada Allah.”

Abul Hasan Al Bakri berkata kepada sahabatnya :
”Bagi seseorang disarankannya,
Minimal 500 sholawat pada tiap harinya,
Sekali pun dengan bacaan sholawat yang pendek tiap harinya.”

Dalam kitab Qutul Qulub berkata Abu Thalib Al Makki :
”Bagi seseorang disarankan tiap hari,
Minimal 300 bacaan sholawat untuk Nabi.”

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

28). HR. At –Tamimi
29). HR. At –Thabrani
30). HR. Ibnu Asakir
31). HR. At –Tirmidzi
32). HR. At –Thabrani
33). R. An –Namiri dan Basykuwal
34). HR. At – Tamimi

31. Kisah Kelebihan Bersholawat kepada Rasulullah saw.

Rasulullah saw. bersabda :
”Malaikat Jibril, Mikail, Isrofil dan Izroil telah berkata :
Jibril a.s. berkata :
Wahai Rasulullah siapa bersholawat kepadamu sepuluh kali,
Akan aku bimbing tangannya dengan sabar,
Aku bawa ia ke shirot melintasi,
Seperti kilat menyambar.”

Berkata Mikail a.s. kepadaku :
”Mereka bersholawat kepadamu,
Mereka akan diberi daripadaku,
Minum dari telagamu.”

Berkata Isrofil a.s. kepadaku:
”Mereka bersholawat kepadamu,
Aku akan sujud kepada Allah Tuhanku,
Dan tidak akan mengangkat kepalaku,
Sebelum Allah mengampuni mereka hamba Tuhanku.”

Malaikat Izroil a.s. dengan katanya :
”Mereka bersholawat kepada Rasulullah,
Akan aku cabut ruh mereka itu dengan lembut dari kepalanya,
Seperti aku mencabut ruh para Rasul Allah.”

Wahai cucu dan anakku, ,
Apakah Engkau tidak cinta kepada Rasulullah,
Malaikat memberi jaminan masing-masing kepadamu,
Kalau engkau bersholawat kepada Rasulullah.

Bersholawatlah kepada Rasulullah,
Asal jangan di tempat maksiat,
Atau di tempat najis.
Supaya mendapat syafa‘at Rasul dari Allah,
Tetapi tidak ketika berbuat maksiat,
Atau tidak ketika mengeluarkan najis.

Apalah payahnya mengucapkan sholawat,
Ketika menyetir mobil atau naik kereta pun boleh saja,
Ketika duduk atau golek boleh bersholawat,
Ketika berjalan pun boleh-boleh saja.

Duduk-duduk di teras rumah,
Ucapkan sholawat kepada Nabi,
Di akhirat Engkau akan mendapat upah,
Padahal hanya sambil duduk mengingat Nabi.

Dengan kisah yang dikemukakan ini,
Aku harap Engkau tidak melepaskan peluang ini,
Untuk bersholawat kepada Nabi Muhammad Rasul Allah.
Semoga kita disayang Allah, Rasul dan Malaikat Allah.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

30. Menghilangkan Suntuk

Orang beriman zaman sekarang,
Sudah banyak hilang pegangan.
Kalau suntuk banyak tertawa,
Padahal dilarang Nabi banyak tertawa.

”Wahai orang beriman,
Menghilangkan suntuk bukan tertawa.
Banyakkan sholat kuatkan iman,
Hanya itulah obat semata.
Membaca Al-Qur’an dan dzikir setiap hari,
Biar engkau disayang Ilahi.

Kalau kita dekat kepada Allah,
Allah pun dekat kepada kita.
Kalau kita menjauh dari Allah,
Allah pun menjauh dari kita.

Perbanyak sholat tahajjud,
Agar do‘a dikabulkan Allah.
Supaya hilang rasa suntuk,
Begitulah sabda Rasul Allah.”

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

29. Orang yang Memakai Tato dan Membuat Tato

Rasulullah saw. dengan sabdanya,
”Dikutuk Allah dan Rasul-Nya,
Orang yang memakai tato,
Dan orang yang membuat tato.” 27)

Anak muda zaman sekarang,
Merasa bangga memakai tato.
Padahal agama sudah melarang,
Orang beriman jangan bertato.

Kebudayaan barat jangan ditiru,
Kalau berlawanan dengan agama.
Kebudayaan barat boleh ditiru,
Kalau tidak bertentangan dengan agama.

Orang jahiliyah memakai tato,
Orang Barat pun memakai tato,
Anak muda sekarang tak berpendirian.
Orang muda sekarang memakai tato,
Karena tak punya kepribadian.

”Siapa meniru-niru mereka,
Berarti termasuk golongan mereka.”
Demikian sabda Nabi Muhammad sollollahu ‘alaihi wa sallam,
Utusan Ilahi pembawa rahmat sekalian alam.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

28. Mencukur Alis Mata

Alis mata pelindung mata,
Alis mata penjaga mata,
Penjaga keringat jangan masuk ke dalam mata,
Penjaga serangga jangan pula masuk ke dalam mata.

Alis mata penambah cantik wanita,
Alis mata penambah wibawa pria,
Alis mata penambah gaya wanita,
Alis mata penawan hati pria,
Alis mata penawan hati wanita.

Alis mata banyak guna,
Jangan sampai dicukur pula,
Diganti dan dioles dengan zat warna hitam,
Karena itu perbuatan setan.

Sebab itu pelihara ia,
Pelihara dan lestarikan ia.

Wanita Barat suka mencukur alis matanya,
Begitulah kebiasaannya.
Wanita Islam jangan pula mengikutinya,
Nabi sudah mengatakannya,
Meniru perbuatan Kafir bukan kebiasaannya.

Demikianlah wahai wanita Islam,
Pegang teguh agama Islam,
Biar bala menjauh dari ummat Islam.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

27. Mencabut Uban

Orang muda timur rambutnya hitam,
Orang tua timur rambutnya putih.
Kalau masih muda rambutnya hitam,
Kalau sudah tua rambutnya putih.

Kalau masih muda datang yang putih,
Jangan dicabut rambut yang putih,
Karena tidak pernah dikerjakan Nabi,
Sebab pekerjaan itu dibenci Ilahi.

Makanlah vitamin A,
Supaya tidak lekas ubanan.
Kalau banyak kurangnya vitamin A,
Mata pun akan cepat rabun disamping ubanan.

Kalau anda sudah berumur,
Rambut pun jadi ubanan,
Itulah tandanya akan dekat ke liang kubur.
Perbanyaklah amal ibadah kalau kepala sudah ubanan,
Supaya Sorga bagi anda tidak tertutup.
Haram hukumnya uban dengan zat pewarna hitam anda tutup.

Begitulah agama Islam,
Jangan mau dipengaruhi orang banyak.
Kalau anda beragama Islam,
Belajarlah dengan cukup banyak,
Supaya tahu mana yang boleh,
Dan mana yang tidak boleh.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

Senin, 22 Februari 2010

26. Wanita yang Menyambung Rambut dan Untuk Disambungkan Rambut, Wanita yang Memakai Rambut Palsu dan Membuat Rambut Palsu

Asma‘ binti Abu Bakar berkata :
”Rasulullah saw. bersabda :
Allah melaknat wanita,
Yang menyambung rambut,
Dan meminta untuk disambungkan rambut.” 26)

Begitu juga memakai rambut palsu di kepalanya,
Orang-orang yang melanggar akhlak agamanya,
Seperti dramawati dan dramawan dalam opera tiap bulannya,
Dilaknat juga oleh Tuhannya.

Sekali pun rambutnya gugur,
Atau pun karena digundul.
Memakai rambut palsu tidak juga lolos dari hukum,
Jelas ia dilaknat Tuhan sebagai terhukum.

Demikian pula wahai kawan,
Jangan seenaknya mempermainkan tawa,
Walau pun untuk cari makan.
Di akhirat jadi urusan karena membuat orang banyak tertawa.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

25. Pria yang Memakai Pakaian ala Wanita dan Bertingkah Laku Wanita, Wanita yang Berpakaian ala Pria dan Bertingkah Laku Pria

Abu Hurairah r.a. berkata :
”Rasulullah saw. bersabda :
Allah melaknat pria,
Memakai pakaian ala wanita,
Allah melaknat wanita,
Berpakaian ala pria.”25)

Pria zaman sekarang,
Banyak berbuat yang dilarang,
Bangga memakai kalung di lehernya,
Menjepitkan kerabu di kuping dekat lehernya,

Memakai cincin emas di jarinya,
Memakai kain sutra penghias dirinya,
Padahal itu semua pakaian wanita,
Dan bukan pakaian pria.

Pakaian wanita rambut panjang,
Pakaian pria rambut pendek.
Kenapa wanita berambut pendek,
Kenapa pria berambut panjang.

Kalau Nabi berambut panjang,
Ujung rambutnya menyentuh bahu.
Wanita mesti berambut panjang,
Ukuran rambutnya melewati bahu.

Pernah Nabi saw. berambut pendek,
Pernah pula berambut panjang.
Tidak selamanya Nabi saw. berambut pendek,
Tidak pula selamanya berambut panjang.

Kemana-mana Nabi saw. tutup kepala,
Di dalam jamban pun tutup kepala,
Kalau mandi buka kepala.
Nabi suka berpakaian warna putih,
Karena Allah senang dengan warna putih.

Wanita zaman sekarang,
Banyak kelihatan seperti pria.
Pria zaman sekarang,
Banyak kelihatan seperti wanita.

Pria bercelana pendek,
Wanita pun bercelana pendek.
Pria bercelana panjang,
Wanita pun bercelana panjang.

Sekarang banyak hiburan,
Yang ditayangkan di televisi.
Orang tidak menggunakan pikiran,
Katanya sudah zamannya kini.

Orang tua dengan bangga menggiring anak gadisnya sendiri,
Menyanyi dan menari di atas panggung televisi,
Padahal perbuatan itu dibenci Ilahi,
Berarti ia telah menggiring anaknya ke dalam Neraka Ilahi,
Sedang ia diharapkan keluarga menjadi pagar Neraka Ilahi.

Pria berpakaian wanita,
Dan bertingkah laku wanita.
Wanita berpakaian pria,
Dan bertingkah laku pria.

Banyak sudah orang tak perduli agama,
Asal menarik dipandang mata,
Senang pula rasa di hati,
Terhibur mata,
Terhibur pula hati.

Penonton tertawa terbahak-bahak,
Sudah jelas dilarang Nabi.
Kalau ditegur kita yang galak,
Akhirnya kita yang dicaci.

Kalau ditanya apa agamanya,
Ia katakan agama Islam.
Kalau disapa Nabi agamanya,
Ia jawab Muhammad shollollahu ‘alaihi wa sallam.

Bukan begitu orang beriman,
Jangan langgar peraturan Tuhan.
Nabi Muhammad saw. utusan Tuhan,
Nabi Muhammad saw. pulalah jadi ikutan.

Meniru-niru perbuatan tak beriman,
Berarti mengingkari peraturan Tuhan.
Kalau begitu tingkah lakumu,
Tidak disukai oleh Tuhanmu.

Wahai muda kenali dirimu,
Jangan lupa siapa dirimu,
Ingat masa tuamu,
Jangan lupa kepada Tuhanmu,
Pegang teguh agama Tuhanmu.
Hidup dan mati di tangan Tuhanmu,
Karena itu jangan menjauh dari Tuhanmu.

Kesenangan dunia hanya sesa‘at,
Penuh dengan tipu muslihat.
Perbanyaklah amal ibadah,
Untuk bekal di alam akhirat.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

24. Membuka-Buka Aurat

Rasulullah saw. dengan sabdanya :
”Perempuan yang suka membuka-buka auratnya,
Tidak akan mencium bau sorga Tuhannya.” 24)
Berarti ia tak dapat masuk ke dalam sorga Tuhannya.

Banyak wanita muslimat yang suka membuka auratnya,
Dibuka tengkuk dan belakangnya dinampakkan dada atau auratnya,
Dipamerkan rambut dan diwarnai.
Katanya rambut laksana mahkota hiasan mahligai.
Mereka lupa bukan dipamerkan untuk semua insani,
Tetapi hanya cukup untuk mahram dan suami.

Dinampakkan pinggang senyumlah paha,
Kenapa pula tak datang bala.

Kalau dikatakan tutup ”auratnya”,
Ia menjawab tutup ”matanya”.
Kalau dikatakan tutup auratnya,
Ia menjawab ”belum masanya”.

Kalau dikatakan lagi semua ditutup,
Di bawah ia tutup,
Di atas juga ia tutup,
Tetapi di tengah ia buka,
Supaya masuk hawa, katanya pula.

Di bawah sempit,
Di atas terjepit,
Dengan begitu datanglah Iblis,
Menyamar menjadi pria Iblis.

Pergi ke masjid buka kepala,
Di masjid berjama‘ah bersama ustadz.
Mengerjakan sholat cukup mantap,
Keluar dari masjid kembali lagi buka kepala.

Kalau begitu tekorlah anda,
Baru saja terhapus dosa anda,
Kembali lagi muncul dosa anda.

Mereka fikir aurat hanya cukup ditutup,
Padahal pakaian harus longgar tertutup,
Supaya tubuh tidak berbentuk,
Agar diri tidak terkutuk.

Wahai wanita sadarlah anda,
Ingatlah hari Akhirat,
Jangan banyakkan dosa anda,
Supaya selamat dunia akhirat.

Dari muda cari pahala,
Jangan tunggu dekat matinya.
Di dunia mencari pahala,
Di akhirat menikmatinya.

Jangan tunggu sampai tua,
Sebelum Izroil mendekati anda.
Lebih baik menyesal sebelum tua,
Daripada di dalam neraka menyesal anda.

Wahai wanita tubuhmu itu aurat,
Longgarkan pakaian tubuhmu,
Turunkan jilbab tutup aurat,
Supaya tidak berbentuk tubuhmu,
Biar hidupmu selamat dunia akhirat.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.


24). R. Abu Daud

23. Mewarnai Rambut

Rasulullah saw. bersabda :
”Kelak di akhir zaman akan ada,
Suatu kaum yang merobah rambutnya menjadi berwarna,
Dengan ”warna hitam” seperti sekumpulan burung dara,
Mereka itu tidak akan dapat mencium bau sorga.” 23)
Berarti mereka tidak akan masuk Sorga.

Merobah rambut uban dengan warna hitam,
Tidak dibolehkan Nabi karena menipu insan.
Dikira masih berumur muda,
Rupanya sudah berusia tua.

”Setiap penipuan adalah dosa,
Mata insan tertipu timbullah dosa.”
Demikian sabda Rasulullah,
Pembuat syari‘at utusan Allah.

Suruhan Nabi mewarnai rambut, jenggot dan jambang,
Kepada ayah Abu Bakar yang putih rambut, jenggot dan jambang,
Sewaktu mereka memasuki Makkah pertama kali,
Sesudah hijrah ke Madinatan Nabi.
Karena sahabat waktu itu banyak yang tua dan beruban,
Supaya kelihatan oleh musuh semua muda tak beruban.

Di kala itu waktu perang,
Sekali pun tidak terjadi perlawanan perang.

Mewarnai rambut, jenggot dan jambang,
Sewaktu terjadi perang,
Dengan inai atau daun katam,
Boleh dengan warna hitam,
Asal zat pewarna rambut,
Tidak bersifat membalut rambut,
Itulah namanya siasat perang,
Dianjurkan Rasulullah Shollollahu ‘alaihi wa sallam,
Warna hitam, merah, coklat, kuning, dihalalkan.
Kalau bukan waktu perang,
”Warna hitam” diharamkan.

Mewarnai rambut sebelum Ihram,
Pernah sahabat mendatangi Nabi,
Perbuatan itu termasuk haram,
Karena itu dilarang Nabi.

Karena takut dipandang loyo,
Dilihat orang yang bodoh,
Rambut yang putih dihitami,
Cakap Rasulullah tak diimani,
Padahal ia hamba Ilahi.

Merobah rambut uban jadi hitam,
Terjadi dua macam keharaman.
Satu dilarang dengan warna hitam,
Ke dua melapis rambut menyebabkan keharaman.

Sekali pun dengan minyak rambut,
Kalau melapis atau membalut,
Tentu selamanyalah rambut terlapis atau terbalut,
Karena itu tak masuk air wudhu’ dan air junub,
Selama itu pulalah anda tidak punya wudhu',
Selama itu pulalah anda dalam junub,
Selama itu pulalah anda terkutuk.
Bagaimanalah anda bisa sholat,
Pada hal tiang agama adalah sholat.

Kalau tak tahu sifat pewarna,
Membalut rambut atau tiada,
Janganlah anda ikut mewarna,
Supaya sholat berterima.

Menentang cakap Rasulullah,
Berarti menentang larangan Allah,
Masuklah ke dalam Islam secara Kaffah,
Jangan seperti Iblis laknatullah,
Beriman ia katanya tetapi menentang perintah Allah.

Nabi tidak pernah menyuruh orang beriman,
Mewarnai rambut kepala,
Dengan warna merah, coklat, kuning, waktu aman.
Kecuali ”untuk obat” penambah kecerdasan,
Untuk obat pusing kepala,
Untuk obat mata penambah terang penglihatan,
Untuk obat syahwat pria penambah tenaga.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.


23). Lihat : Berjabat Tangan dengan Perempuan,
Muhammad Ismail, hal. 46

22. Hukum Memberi Salam kepada Wanita

Jika wanita itu bukan mahramnya,
Kalau ia cantik dikhawatirkan dapat fitnah timbul haramnya.
Karena itu tidak boleh pria,
Memberi salam kepada wanita.

Kalau tetap memberi salam kepada wanita,
Salamnya tidak berhak dijawab wanita,
Karena itu suatu kejelekan baginya,
Untuk menjawab salam lawan jenisnya.

Jika tua seorang wanita,
Tidak dikhawatirkan timbul fitnahnya,
Ia boleh memberi salam kepada pria,
Salam itu wajib dijawab supaya tidak timbul fitnahnya.

Jika ada sekumpulan wanita,
Maka seorang pria,
Boleh memberi salam kepada sekumpulan wanita.
Demikian pula sejumlah pria,
Maka seorang wanita,
Boleh memberi salam kepada sekumpulan pria,
Jika tidak khawatir akan terjadi fitnah menimpa. 21)

Di dalam kitab Al Muwaththa’, Yahya dengan katanya :
”Imam Malik pernah ditanya : Bolehkah pria,
Memberi salam kepada wanita ?”
Demikian katanya.

Beliau menjawab : ”Jika tua, wanitanya,
Saya tidak membencinya.
Kalau gadis, saya tidak menyetujuinya.”

Para ulama Kufah mengatakan,
Tidak disyari‘atkan,
Wanita memulai salam kepada pria,
Karena mereka dilarang berazan,
Iqomah, sholat mengeraskan suara wanita.
Kecuali jika mahramnya itu pria,
Boleh memberi salam kepada wanita. 22)

Karena itu wahai orang muda,
Agama pelajari juga,
Agar mengerti seluk beluknya pula,
Sekali pun sudah di usia tua.

Kalau sudah tahu bagaimana yang sholeh,
Tahulah berbuat mana yang boleh,
Mana pula yang tidak boleh,
Dengan demikian anda akan menjadi anak sholeh.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

21). dan 22). Demikian Imam Abu Sa‘ad Al Mutawalli.
Lihat : Berjabat Tangan dengan Perempuan,
Muhammad Ismail, hal. 43

21. Hukum Berjabat Tangan Dengan Wanita

Anda sebagai pria,
Menyodorkan tangan kepada wanita.
Anda sebagai wanita,
Menerima sodoran tangan pria.
Terjadilah (jabat tangan) antara pria dan wanita,
Atau sebaliknya, antara wanita dan pria.

Orang bilang ”itu boleh,”
Orang lain bilang ”tidak boleh.”
Bagaimana sebenarnya,
Bagaimana pula selayaknya.

Rasulullah saw. bersabda :
”Lebih baik ditancapkan jarum besi di kepala,
Salah seorang di antara kamu,
Daripada menyentuh wanita,
Yang bukan mahrammu.” 7)

Bersabda Rasulullah Muhammad saw. Nabi akhir zaman :
”Hal ini jelas merupakan zina tangan.
Ke dua mata itu bisa berzina,
Ke dua tangan itu bisa berzina,
Ke dua kaki itu bisa berzina,
Kemaluan pun bisa berzina.” 8)

Rasulullah saw. bersabda mengenai wanita,
”Sungguh aku tidak pernah menjabat tangan para wanita, 9)
Sungguh aku tidak pernah menyintuh tangan-tangan wanita,” 10)

Firman Allah Ta‘ala :
”Hai Nabi, apabila datang kepadamu wanita-wanita,
Yang beriman untuk menyatakan janji setia wanita,
Mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan Allah Ta‘ala,
Tidak akan mencuri, tidak akan berzina mereka,
Tidak akan membunuh anak-anak mereka,
Tidak akan berbuat dusta mereka,
Yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka,
Dan tidak akan mendurhakai siapa saja,
Dalam urusan yang baik maka,
Terimalah janji setia mereka .........................................” 11)

Di antara mereka itu,
Yang sepakat dengan syarat itu,
Nabi saw. bersabda : ”Benar-benar telah aku bai‘at kamu atas hal itu.”
”Demi Allah,” kata ‘Aisyah r.a. yang mulia di antara wanita :
”Tangan beliau tidak menyintuh tangan wanita,
Dalam pembai‘atan mereka.
Beliau hanya membai‘at mereka,
Dengan bersabda kepada mereka :
Benar-benar telah aku bai‘at kamu itu,
Atas hal itu.” 12)
”Ini adalah ucapan,
Tanpa berjabat tangan,
Seperti biasa terjadi (pada pria) berjabatan tangan,
Sa‘at pembai‘atan.” 13)

As-Safarini menambahkan pula,
Di dalam hadis itu ada isyarat agar wanita dijauhkan pula,
Tidak memandangnya pula,
Menghindarkan diri dari menyintuhnya pula.

Rasulullah saw. menghindari berjabat tangan,
Dengan wanita bukan mahram,
Sekali pun biasanya pada sa‘at dituntut berjabat tangan,
Pada ketika berbai ‘atan dengan wanita bukan mahram.

Sementara itu, Asy Syeikh Muhammad Sulthan,
Al Ma‘shumi Al Khajandi berkata mengenai wanita :
”Tidak boleh dan tidak dihalalkan, demikian Sultan,
Berjabat tangan dengan bukan mahram wanita,
Baik itu dengan syahwat,
Mau pun tidak dengan syahwat,
Baik wanita itu gadis,
Atau pun tidak gadis.
Demikian itu pendapat Imam ke Empat Mazhab rohimahullah,
Dan sebagian besar ulama rohimahullah.” 14)

”Anggapan memakai tabir berjabat tangan dengan wanita semata,
Nabi saw. mengeluarkan tangan dari luar rumah,
Wanita mengeluarkan tangan dari dalam rumah, ”
Adalah hadits dho‘if semata.

”Melapis tangan dengan kain baju berbai‘atan dengan wanita,”
Adalah hadis mursal tidak menjadi hujjah yang dapat diterima.
”Mengambil cangkir berisi air mencelupkan tangan ke dalamnya,
Wanita-wanita mencelupkan tangan pula ke dalamnya,”
Pernyataan itu semua tidak ada kebenaran di dalamnya.

”Anggapan ‘Umar r.a. berjabat tangan dengan wanita,
Ketika berbai‘at mewakili Rasulullah saw. adalah nista.”
Mustahil ia berbuat yang tak pernah diperbuat Nabi yang tercinta. 15)

Supaya lebih jelas permasalahan mengenai hukum bersintuhan,
Kita dengar pendapat empat Mazhab tentang Hukum Bersintuhan:
1. Mazhab Al Hanafiyyah, 16)
Haluan dan ajaran Hanafiyyah,
Jabat tangan dengan wanita mana saja,
Tidak membatalkan wudhu’ boleh saja,
Asalkan tidak ada syahwat.
Kalau terjadi syahwat,
Batallah wudhu’ yang ditandai dengan keluarnya,
Madzi dari kemaluannya,

2. Mazhab Asy Syafi‘iyyah,
Haluan dan ajaran Asy Syafi‘iyyah,
Menyintuh wanita bukan mahramnya pula,
Secara mutlak membatalkan wudhu’nya pula,
Baik syahwat,
Mau pun tidak syahwat.

3. Mazhab Al Malikiyyah,
Haluan dan ajaran Al Malikiyyah,
Menyintuh wanita batallah wudhu’nya,
Kalau dengan tujuan syahwatnya,
Meski pun tidak menemukan kenikmatannya.
Demikian juga batal wudhu’nya,
Sekali pun tidak dengan tujuan syahwatnya.
Kalau ia menemukan kenikmatannya,
Batal jugalah wudhu’nya.

Ada pun menyintuh wanita dalam keadaan berwudhu’,
Tidak menginginkan kenikmatannya,
Tidak batal wudhu’,
Asal kemudian ia tidak menemukan kenikmatannya.

4. Mazhab Imam Ahmad (Al Hanabilah), 17)
Haluan dan ajaran Imam Ahmad (Al Hanabilah),
Menyintuh wanita karena syahwat,
Membatalkan wudhu’.
Jika bukan karena syahwat,
Tidak membatalkan wudhu’,
Baik itu wanita bukan mahram,
Mau pun wanita mahram,
Sekali pun sudah dewasa,
Mau pun belum dewasa.

Demikian diterangkan kepada hamba Allah Ta‘ala,
Hanya yang maha tahu Allah Ta‘ala. 18)

Soal bersintuhan dengan bukan mahram,
Adalah soal batal wudhu’ dan tidak batal wudhu’.
Bukan berarti boleh bersintuhan dengan orang bukan mahram,
Kalau tidak mempunyai wudhu’.

Soal bersintuhan dengan bukan mahram,
Adalah soal batal wudhu’ dan tidak batal wudhu’.
Bukan berarti boleh berjabat tangan dengan orang bukan mahram,
Kalau tidak mempunyai wudhu’.

Soal berjabat tangan atau menyalam,
Orang bukan mahram,
Adalah soal boleh,
Atau tidak boleh,
Soal haram,
Atau tidak haram.

Mazhab Hanafi mengatakan,
Boleh saja berjabat tangan,
Dengan orang bukan mahram,
Kalau tidak syahwat tentu tidak haram.

Rasulullah shollollahu ‘alaihi wa sallam,
Tak pernah menyintuh atau berjabat tangan,
Dengan orang bukan mahram,
Karena beliau bilang ”Itu jelas zina tangan.”

Sikap kita tidak boleh bertentangan,
Dengan sikap Rasulullah saw. contoh keteladanan,
Karena pembuat syari‘at adalah Allah,
Dan Rasulullah saw. utusan Allah.

Hanafi berkata dalam kitabnya :
”Karena kami adalah manusia biasa yang goyah sifatnya,
Haram bagi siapa saja yang tidak mengetahui dalil kami,
Untuk berfatwa menggunakan ucapan kami.”
”Bisa jadi hari ini kami berkata,” demikian katanya lagi,
”Kemudian kami rujuk darinya lagi,
Di keesokan harinya bukan begitu lagi,
Bila telah shohih suatu hadits maka itulah pendapat kami,”
Demikian beliau berkata di dalam kitabnya.
Lalu beliau meninggalkan pendapat lama dalam kitabnya. 19)

Allah SWT. telah menyatakan,
Mengenai diri Rasulullah saw. hamba teladan.
”Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu,
Suri teladan yang baik bagi sekalian kamu itu.” 20)

Karena itu anakanda,
Dan cucuanda,
Kita wajib tidak berjabat tangan,
Dengan wanita bukan mahram,
Dalam rangka mengikuti jejak dan keteladanan,
Rasulullah saw. yang tak pernah menyalam wanita bukan mahram.

Jadi jangan dikacaukan,
Pengertian ”bersintuhan”,
Dengan tangan atau bukan dengan tangan,
Yang menyebabkan ”batal wudhu’”,
Dan tidak batal wudhu’,
Dengan ”hukum berjabat tangan”.

Nyatanya pendapat ke Empat Mazhab juga haram,
Kalau berjabat tangan dengan orang bukan mahram.
Ini merujuk kepada hadits Nabi shollollahu ‘alaihi wa sallam,
”Melarang berjabat tangan dengan orang bukan mahram,
Sekali pun berlapis tetap juga haram,
Karena tidak pernah dikerjakan Nabi shollollahu ‘alaihi wa sallam.”

Bersalaman sambil berpelukan,
Tidak perlu dilakukan.
Karena itu kebiasaan Jahiliah,
Bukan kebiasaan Islamiah.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

7) HR. At -Thabrani
8) HR. Ahmad
9). HR. Ahmad
10). HR. At –Thabrani
11). Q. S. Al Muntahanah : 12
12). HR. Bukhari
13). HR. Al Hafizh Ibnu Hajar
14). Lihat : Berjabat Tangan dengan Perempuan,
Muhammad Ismail, hal. 32
15). Lihat : Berjabat Tangan dengan Perempuan,
Muhammad Ismail, hal. 30-37
16). Disebut juga : Mazhab Abu Hanifah
17). Disebut juga : Mazhab Hambali
18). Pendapat keempat mazhab di atas dikutip dari :
Berjabat Tangan dengan Perempuan, Muhammad Ismail
19). Lihat : Tuntunan sholat Nabi saw.,
Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, hal. 50, 51
20). Q.S. Al Ahzab : 21

Minggu, 21 Februari 2010

20. Jahiliah Moderen

Haram hukumnya adik istri,
Dimadu dengan kakaknya sendiri.
Tetapi mengapa kini bisa terjadi adik istri,
Menjadi madu kakak sendiri ?

Dulu anak tiri,
Dipandang sebagai anak sendiri.
Anak tiri haram dijadikan istri,
Karena Ibunya telah dipakai jadi istri.
Tetapi mengapa kini bisa terjadi anak tiri,
Menjadi istri ?

Janda Ayah haram dijadikan istri,
Karena ia mantan Ibu tiri.
Tetapi mengapa kini bisa terjadi Ibu tiri,
Menjadi istri ?

Haram dinikahi adik kandung,
Begitulah hukum Ilahi,
Tidak seperti makhluk hewani.
Tetapi mengapa kini bisa terjadi abang kandung,
Diperlakukan menjadi laki ?

Haram anak kandung,
Dijadikan istri atau suami,
Karena manusia bukan hewani.
Tetapi mengapa kini bisa terjadi anak kandung,
Diperlakukan menjadi istri atau suami ?

Dulu wanita musyrik, 5)
Tak pernah dinikahi pria beriman.
Karena Allah di dalam Al Qur’an kitab orang beriman,
Melarang wanita musyrik,
Dinikahi sebelum mereka beriman.
Tetapi mengapa kini bisa terjadi wanita musyrik,
menjadi istri pria beriman ?

Dulu pria musyrik,
Tidak pernah menikahi wanita beriman,
Karena Allah di dalam Al Qur’an kitab orang beriman,
Melarang pria musyrik,
Dijadikan suami sebelum mereka beriman.
Tetapi mengapa kini bisa terjadi pria musyrik,
menjadi suami wanita beriman ?

Budak wanita beriman,
Lebih baik dari wanita tidak beriman,
Walau pun menarik hatimu,
Karena tidak beriman seperti keimanan di hatimu.

Sesungguhnya budak pria beriman,
Lebih baik dari pria tidak beriman,
Walau pun menarik hatimu,
Hingga goyang keimanan di hatimu.

Mereka mengajak ke Neraka,
Allah mengajak ke Sorga bukan ke Neraka,
Ampunan dengan izin-Nya,
Kepada manusia di Jagat Raya,
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya,
Agar mereka mengambil pelajaran bagi yang percaya. 6)

Wahai orang beriman di akhirat ada neraka,
”Peliharalah dirimu,
Dan keluargamu,
Dari siksa api neraka.”
Demikian firman Allah yang punya neraka.

Wahai pemuda pemudi hamba Ilahi,
Jadikan kitab suci Al-Qur’an firman Ilahi,
Dan sunnah Rasulullah Muhammad saw. utusan Allah,
Dan ijma‘ serta qiyas ulama Allah,
Pedoman hidup di bumi Allah,
Karena Engkau tinggal di bumi Allah,
Supaya tidak tersesat menuju jalan ke sorga Allah.

Walau pun rumah tanggamu rukun dan damai,
Bahagia hidup sampai mati,
Suami istri berbeda agama,
Di akhirat engkau akan merasai,
Dibakar, menjerit, disiksa, tapi tak mati,
Hidup abadi di dalam neraka.

Cari jodohmu kawan seiman,
Jangan tukarkan pangkat, uang dan wanita dengan iman.

Dunia tempat yang fana,
Penuh dengan tipu muslihat,
Tempat berhenti hanya sesa‘at.
Jangan terlalai di dunia fana,
Tujuan hidup adalah akhirat.

Di akhirat kekal abadi,
Hidup terus tak mati-mati.

Di akhirat ada Sorga Allah,
Di sana pula ada Neraka Allah.
Mau ke Sorga laksanakan perintah Allah,
Mau ke Neraka ikuti ajakan Iblis laknatullah.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

5). musyrik = kafir
5). s.d. 6). Q.S. Al - Baqarah : 221

19. Ruh Orang Mati Masih Diberi Kesempatan Menengok Kubur dan Keluarganya

Orang beriman mati diberi kesempatan kepada ruh mereka,
Menengok kubur mereka,
Menengok keluarga mereka,
Satu tahun lamanya kesempatan itu bagi mereka.
Habis satu tahun dipindahkan ke tempat ruh orang mukmin,
Ini hanya berlaku bagi ruh orang mukmin.

Ibnu Abbas berkata :
”Apabila hari-hari raya,
Hari besar Islam,
Seperti 10 Muharram,
Hari Jum‘at, 1 Rajab, pertengahan bulan Sa‘ban,
Dan malam ”Lailatul Qadar bulan Ramadhan,”
Ruh-ruh orang mukmin diberi kesempatan,
Turun ke bumi melihat keluarganya.
Apabila ia sampai di rumahnya,
Ia berkata kepada keluarganya,
Tetapi mereka tidak dapat mendengar suaranya.”

”Hidupku kini sangat terasing, hai keluargaku,
Meski pun kamu tidak melihat rupaku,
Tetapi aku melihat rupamu,
Mendengar perkataan keluargaku.
Aku tidak membutuhkan makan dan minum daripadamu,
Tetapi yang aku harapkan hanya do‘a daripadamu.

Hendaknya kamu tahu,
Pasti kamu akan mengalami seperti aku.
Pergunakanlah waktu hidupmu,
Perbanyak ibadah dan amal sholih dalam hidupmu,
Perbuatlah kebajikan yang bermanfa‘at selama hidupmu.”

”Jika didapatinya anak istri buah hatinya,
Rajin beribadah dan mendo‘akannya kepada Allah,
Gembiralah hatinya,
Serta dido‘akan keluarganya kepada Allah,
Lalu kembalilah ia pada kediaman baru yang ditempatinya,
Dengan merasa puas hatinya.

Kalau dilihat keluarganya,
Tidak beribadah atau berbuat maksiat keluarganya,
Kembalilah ia dengan perasaan kecewa,
Bercampur sedih penuh kecewa.”

Keluarga yang hidup janganlah lupa berdo‘a,
Kepada keluarga yang telah tiada,
Ucapkan istighfar mohon ampunkan dosa,
Kepada Allah yang terutama orang tuanya telah tiada.

Rajin-rajinlah mendo‘akan Ibu dan Bapa,
Agar terhindar dari siksa api neraka,
Dengan menyusun jari,
Dua kali lima,
Menadahkan tangan tiap hari,
Tiap lepas sholat yang lima.

”Ya Allah, ampuni aku,
Ampunilah ke dua Ibu Bapaku.
Kasihanilah mereka,
Sebagaimana mereka,
Merawat, membesarkan dan mengasihaniku,
Di masa kecilku.”

”Kalau orang tua telah wafat meninggalkan kita,
Segala amal perbuatan kita,
Diperlihatkan malaikat kepada orang tua kita.
Kalau baik amal perbuatan kita,
Orang tua merasa senang hati dan mendo‘akan kita.
Kalau jahat perbuatan kita,
Ke dua orang tua akan merasa duka cita.”

Beruntunglah Ayah Bundanya,
Punya anak sholih yang selalu mendo‘akan Ayah Bundanya,
Sebagai berkat didikan Ayah Bundanya.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

18. Ruh Menengok Jasad dan Keluarga

(Diceritakan Dalam Riwayat)

Sesudah tiga hari tubuh membujur di kubur dalam lubangnya,
Ruh minta izin kepada Tuhannya,
Untuk melihat tubuhnya,
Di dalam kuburnya.

Ia berdiri dipinggir kuburnya,
Tampaklah tubuhnya,
Telah gembung dan berbau,
Dari telinga, hidung dan mulut, mengalirlah air busuk yang bau.

Ia melihat tubuh dengan sedihnya,
Ia meratap dan menangisinya :
”Hai tubuhku yang miskin dan papa,
Ingatkah kamu pada masa lalu di dunia fana ?
Betapa megahnya kamu di alam dunia sana !
Inilah tempat menanggung duka nestapa,
Inilah dia kediaman yang sempit dan berbahaya tempatnya.”
Kemudian kembalilah ia ke tempatnya.

Lima hari kemudian sesudah tubuh di dalam kuburnya,
Ia mohon lagi ke hadirat Allah,
Menengok tubuhnya.
Di dalam kuburnya !
Setelah mendapat izin turunlah ia ke bumi Allah,
Dilihat kian membusuk dan berulat tubuhnya,
Ia berdiri di pinggir kuburnya menangis dengan ratapnya.
Akhirnya ia kembali ke tempatnya.

Sesudah tujuh hari tubuh di kubur dalam lubangnya,
Kembali ruh minta izin kepada Tuhannya,
Akan melihat tubuhnya lagi.
Lalu ia turun ke bumi lagi,
Berdiri di pinggir kuburnya lagi.
Dilihat tubuhnya sudah mulai hancur,
Dagingnya telah busuk dan dimakan ulat,
Ia melihat tubuhnya hancur,
Seperti orang melihat rumahnya ditinggal penuh ulat.

Betapa sedih rupanya,
Kalau dulu rumahnya,
Indah dan cantik,
Dan menarik.
Tetapi kini,
Setelah ditinggali,
Telah menjadi hancur sekali,
Berantakan dimakan ulat setiap hari.

Ruh bertanya jadinya :
”Ya tubuhku beginilah jadinya,
Keadaanmu,
Selama aku berpisah darimu.
Dimanakah anak istri yang kamu sayangi itu ?
Dimanakah sahabat yang kamu kagumi itu ?
Dimana pulakah harta yang sangat kamu cintai itu ?”
Setelah itu ia pergi ke tempatnya itu.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

17. Menguburkan Orang Mati

Untuk putra-putri, cucu dan
cicitku serta Saudaraku seiman.

Berbaring jenazah di rumah duka,
Datang semua sanak Saudara.
Jiran tetangga hadir pula,
Tidak ketinggalan semua keluarga.

Sahabat karib berdatangan,
Jauh dekat tak ketinggalan.
Ada yang meneteskan air mata,
Semua yang datang sedih semata.

Dimandikan jenazah di rumah duka,
Digotongroyongkan anaknya pula.

Jenazah dikeluarkan dari rumah duluan kepala,
Ia digotong pakai keranda,
Ia berkata : ”Jangan digotong cepat-cepat,”
Agar ia melihat, mendengar suara anak-anak dan kerabat,
Karena perpisahannya dengan mereka hingga hari kiamat.

Masuk ke masjid didahulukan kepala oleh pengantarnya,
Agar ia melihat kaum kerabat dan pengantarnya.

Di masjid disholatkan bersama jama‘ahnya,
Dengan diimami anaknya.

Kalau jenazah itu pria,
Kepalanya di sebelah kanan imam,
Imam berdiri setentang dengan kepala jenazah.
Kalau jenazah itu wanita,
Kepalanya juga di sebelah kanan imam,
Imam berdiri setentang dengan bagian tengah jenazah.

Setelah jenazah disholatkan bersama,
Jenazah dikeluarkan dari masjid duluan kepala.

Kalau baik amal ibadahnya,
Ia meminta cepat-cepat digotong dimasukkan ke kuburnya.
Kalau jelek amal ibadahnya,
Ia takut dan meminta dilambatkan masuk ke kuburnya.

Jenazah masuk ke kubur duluan kepala,
Mulut dan hidung diciumkan ke tanah,
Dimiringkan menghadap Ka‘bah.
Pada kaki, badan dan kepala,
Berganjal kepalan tanah,
Begitulah menurut sunnah Rasul Allah.

Sesudah ditimbun lobang kubur,
Tinggallah badan seorang diri.
Tak seorang pun ikut dalam kubur,
Masing-masing pengantar pulang sendiri.

Sesudah tujuh langkah orang yang paling akhir,
Meninggalkan kubur.
Datanglah malaikat Munkar wa Nakir,
Menanyakan ahli kubur.

Kalau terjawab pertanyaan kubur,
Lepaslah dari siksa kubur.
Kalau pertanyaan tidak terjawab,
Tersiksalah sampai hari kiamat.

Siksa kubur itu dahsyat sekali,
Lebih dahsyat dari bom atom di Hirosima,
Munkar wa Nakir kelihatan seram sekali,
Suara dan pentung menggelegar gemuruh hebat sekali,
Siapa mendengar akan pingsan dan trauma,
Karena suaranya bagai petir membelah ardhi.

Cambuk, pentung dan mulutnya mengeluarkan api,
Jika terkena cambuk dan pentung anggota badani,
Hangus dan berlepasan,
Tetapi seketika itu juga bertaut kembali,
Yang terkena menangis dan menjerit merasa kesakitan,
Begitulah terus-menerus siksaan pembalasan,
Sampai terjadi hari kebangkitan.

Siksa kubur itu bagi jin dan manusia,
Di dengar setan, hewan dan Nabi.
Tidak diperdengarkan kepada jin dan manusia,
Karena itu rahasia Ilahi.......................................

Kalau mau dengar siksa kubur,
Nabi sanggup mendo‘akannya.
Karena takut Nabi tak berani orang pergi ke kubur,
Makanya Nabi tak mau mendo‘akannya.

”Agar terjauh siksa kubur di alam barzah :
Perbanyak beribadah,
Perbanyak bersedekah.
Perbanyak do‘a, zikir dan sholawat Nabi,
Kapan saja,
Dan dimana saja,
Terutama di pagi hari,
Dan di sore hari.

Perbanyak pula membaca Tasbih,
Agar kubur dilapangkan dan disinari.
Membaca Qur’an setiap hari,
Jangan putuskan silaturrahmi.”
Begitulah sabda Nabi.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

16. Kisah Berpisahnya Ruh dari Jasad

Aisyah rodiallahu ‘anha berkata :
”Keadaan lebih hebat dari mayat tidak ada,
Selain ketika ke luar mayat dari rumahnya,
Anak-anak bersedih hati di belakangnya,
Dan yang ditinggal di rumahnya,
Mereka sama-sama berkata :
Aduhai Papa !
Aduhai Mama !
Ayahnya berkata : Aduhai Ananda !
Ibunya pula berkata : Aduhai Ananda !”

”Itu juga termasuk hebat.
Manakah lagi yang lebih hebat ?”
Demikian Rasulullah saw. bersabda,
Sambil bertanya bukan bercanda.

Jawab Aisyah rodiallahu ‘anha yang mulia,
Sebagai menjawab pertanyaan Nabi yang mulia,
”Tidak ada hal yang lebih hebat daripada mayat,
Ketika ia diletakkan ke dalam liang lahat,
Dan ditimbun tanah di atasnya,
Kaum kerabat semua pulang ke rumahnya,
Anak-anak dan para kekasihnya kembali ke rumahnya,
Mereka serahkan kepada Allah dengan segala amal ibadahnya.”

Rasulullah saw. bersabda lagi :
”Adakah lagi yang lebih hebat daripada yang kau tahu itu ?”
Jawab Aisyah rodiallahu ‘anha lagi :
”Hanya Allah dan Rasul-Nya saja yang lebih tahu itu.”

Rasulullah saw. dengan sabdanya :
”Sehebat-hebat keadaan mayat demikian sabdanya,
Ketika orang memandikan masuk ke dalam rumahnya,
Keluarlah cincin di masa remaja dari jarinya,
Dilepaskan pulalah pakaian pengantinnya.
Pemimpin dan Fukaha melepas serban dalam rumahnya.

Di kala itu ruhnya memanggil,
Ia melihat jenazah telanjang bugil,
Dengan suara seluruh makhluk mendengar,
Kecuali jin dan manusia tidak mendengar.”

Berkata ruh jenazah hamba Allah :
”Wahai orang yang memandikan,
Aku minta kepadamu karena Allah,
Lepaskanlah pakaianku perlahan wahai kawan,
Di sa‘at ini aku masih merasa kesakitan,
Akibat bekas sakratul maut yang terasa di seluruh badan.”

Kalau air disiramkan,
Berkata mayat : ” Jangan siramkan,
Air panas atau sejuk ke seluruh badan,
Tubuhku terbakar karena lepasnya ruh dari badan.”

Jika mereka memandikan,
Berkata ruh :
”Janganlah gosok tubuhku dengan kuat ketika memandikan,
Sebab tubuhku luka-luka karena keluarnya ruh.

Wahai orang yang memandikanku,
Janganlah kuat-kuatkan mengapani kepalaku,
Supaya aku dapat melihat wajah anak-anakku,
Dan kaum keluargaku,
Karena inilah penglihatan terakhirku kepada mereka.
Hari ini aku dipisahkan dengan mereka,
Tidak akan berjumpa lagi sampai hari kiamat dengan mereka.”

Ketika mayat dikeluarkan dari rumah duka,
Mayat akan menyeru kita pula,
”Wahai jama‘ahku, aku tinggalkan istriku menjadi janda,
Janganlah kamu menyakiti mereka.
Anak-anakku telah menjadi yatim dipelihara seorang janda,
Janganlah sakiti mereka.

Hari ini aku dikeluarkan dari rumahku,
Meninggalkan kecintaan dan rumahku,
Tidak akan kembali lagi selamanya ke rumahku.”

Ketika mayat diletakkan ke dalam keranda,
”Janganlah kamu gotong aku cepat-cepat,” demikian kata mayat,
”Supaya aku mendengar suara anak-anak dan keluarga,
Hari ini hari perpisahanku dengan mereka hingga hari kiamat.”

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

15. Pulang

Untuk putra-putri, cucu dan cicitku serta Saudaraku seiman.

Aku diantar ke dunia dan ditinggal sendiri,
Ibu Bapaku tak ada lagi.
Mereka tidak akan kembali,
Entah kapan pula Aku menyusul seorang diri.

Anak istri dan cucu temanku kini,
Semoga mereka menjadi Pagar diri.
Penghilang dahaga di hari ini,
Dan di hari nanti.
Menjadi tongkat di masa kini,
Dan di masa nanti.

Lahir ke dunia tak pernah diminta,
Tuhan berkehendak menciptakan kita,
Supaya menyembah Dia,
Jangan durhaka kepada Allah Yang Maha Mulia.

Membanting tulang orangtuaku,
Selama hidup tak pernah senang,
Memperjuangkan kau dan aku,
Supaya kita semua hidup senang,
Do‘akanlah mereka yang menyayang.

Ibu Bapaku tidak tinggalkan harta,
Tetapi mereka tinggalkan Ilmu.
Karena dengan Ilmu mudah mencari harta,
Dengan banting tulang mereka wariskan Ilmu.

Wahai anakku sayang,
Tak mungkin engkau tidak kusayang,
Hidup ini tolong – menolong,
Tak lepas dari sokong – menyokong.

Ketika kecil Engkau lemah,
Karena itu Engkau ditolong.
Sesudah tua Aku lemah,
Karena itu pula Engkau menolong.

Ketika kecil Kau ditolong,
Sesudah besar disekolahkan.
Yang tua Wajar ditolong,
Tak perlu lagi disekolahkan,
Tetapi Mereka minta Disokong.

Jangan pakai pepatah yang tak sama :
Kasih Ibu sepanjang jalan,
Kasih Anak sepanjang penggalan.
Tetapi pergunakanlah pepatah yang sama :
Kasih Ibu sepanjang jalan,
Kasih Anak sepanjang bulan,
Agar hidupmu diridhoi Tuhan.

Anakku sayang sibiran tulang,
Anakku sayang keratan tulang,
Engkaulah jantung hatiku,
Engkau juga biji mataku,
Engkau pulalah kesayanganku.

Jikalau Engkau ingin berbakti dengan cara menyayangi,
Kepadaku yang telah tiada,
Sayangilah orang yang Kusayangi,
Dengan begitu Engkau telah berbakti kepadaku yang telah tiada.

Siapalah yang Kusayangi itu ?

Tentu Ibumu,
Kakakmu,
Abangmu,
Adikmu,
Dan juga anak-anak mereka dan anak-anakmu.

Siapa lagi wahai anakku ?

Tentu Ibuku,
Ayahku,
Saudara-saudaraku,
dan anak-anak saudaraku,
Dan juga ke dua orang tua Ayahku,
Dan ke dua orang tua Ibuku,
Anak-anak dan semua cucu.

Siapa lagi wahai anakku ?

Tentu ke dua orang tua Ibumu,
Anak-anak dan semua cucu.

Anakku sayang tambatan hati,
Engkau kekasih hati,
Engkau buah rinduku,
Engkaulah hiasan mataku,
Engkau pula mainan hidupku,
Engkau juga kesayanganku.

Jikalau Engkau ingin berbakti dengan cara mengasihi,
Kepadaku yang telah tiada,
Sahabat Karibku kau kasihi,
Sayangi pula jiran tetangga sekali pun Aku telah tiada.
Kerjakan perintah Allah,
Tinggalkan larangan Allah,
Dengan begitu aku mendapat pertolongan Allah.

Kalau ada harta atau hewan peliharaanku,
Yang kusayangi selama hayatku,
Sayangi ia dan pelihara,
Sebagaimana ia dulu kupelihara.

Kalau ada Barangku yang sangat kusayang,
Seperti Buku dan Lain Barang,
Sayangi ia dan pelihara,
Supaya Engkau dapat pahala.

Wahai anakku !
Kalau Aku dipanggil Tuhanku,
Berarti tibalah sa‘at berpisah,
Antara engkau dan Aku.
Selama kita berpisah,
Do‘akan Aku selamat di alam barzah,
Selamat pula meniti di shiroth Allah,
Sampai di sorga yang dijanjikan Allah.

Mandikan Aku,
Sholatkan Aku,
Do‘akan Aku,
Usung kerandaku,
Masukkan Aku ke dalam liang lahadku.

Bayar utang-utangku,
Kepada Manusia dan kepada Tuhanku.

Kalau Engkau mampu,
Hajikan Aku,
Berwakaflah untuk atas namaku,
Bersedekahlah untuk atas namaku,
Berbuat baiklah untuk atas namaku.

Kalau ada yang tinggal puasaku,
Qodholah puasaku.
Kalau ada yang belum terbayar fidiyahku,
Bayarlah fidiyahku.

Anakku sayang buah hatiku,
Engkau penyambung hidupku,
Engkau pulalah harapanku.

”Kalau engkau sayang kepada ke dua orang tuamu,
Akan dipanjangkan Allah usiamu.
Demikian firman Allah kepada Nabi Musa,
Ketika di Bukit Tursina Nabi Allah Musa.”
Begitulah kata Wahab bin Munabbih,
Sebagai mengungkapkan hadits baginda Nabi.

”Kalau engkau bersedekah untuk atas nama ke dua orang tuamu,
Akan bertambah-tambahlah rezekimu belaka.
Kalau engkau bersedekah untuk atas nama ke dua orang tuamu,
Akan terhindarlah engkau dari siksa api neraka.
Dan engkau semakin sehat dan sejahtera.”
Demikian Nabi saw. bersabda.

”Kalau isterimu ikut mengikhlaskan sedekah itu,
Kamu berdua akan mendapat pahala.
Kalau ia tidak mengikhlaskan sedekah itu,
Maka ia tidak akan mendapat pahala.
Demikian sebaliknya,
Kalau suami ikut mengikhlaskannya,
Begitulah baiknya,
Kamu berdua akan mendapat pahala.
Kalau ia tidak mengikhlaskannya,
Maka ia tidak akan mendapat pahala.”
Demikian Rasulullah saw. bersabda.

”Kalau engkau bersedekah untuk atas nama ke dua Ibu Bapa,
Engkau akan mendapat pahala,
Mereka pun akan mendapat pahala,
Sebesar pahala yang akan kau dapat,
Dengan tak mengurangi pahala yang akan kau dapat.

Andai kata engkau tidak punya sesuatu selain tenaga,
Bersedekahlah untuk atas nama ke dua orang tua,
Dengan memberikan itu tenaga,
Kepada orang yang memerlukan tenaga,
Supaya mendapat pahala ke dua orang tua,
Karena itu sedekah tenaga,
Dan engkau pun mendapat pahala jua.

Andai kata engkau tidak punya sesuatu selain Ilmu,
Bersedekahlah untuk atas nama ke dua orang tuamu,
Dengan memberikan itu Ilmu,
Kepada orang yang memerlukan ilmu,
Supaya mendapat pahala ke dua orang tuamu,
Karena itu adalah sedekah ilmu,
Dan engkau pun mendapat pahala juga dari sedekah Ilmu.

Andai kata engkau tidak punya sesuatu selain nasihat,
Bersedekahlah untuk atas nama ke dua orang tua,
Dengan memberikan itu nasihat,
Kepada orang yang memerlukan nasihat,
Supaya mendapat pahala ke dua orang tua,
Karena itu sedekah nasihat,
Dan engkau pun mendapat pahala jua.

Andai kata engkau tidak punya sesuatu jua,
Bersedekalah untuk atas nama ke dua orang tua,
Dengan melontarkan senyummu,
Kepada lawan bicara yang menerima senyummu,
Supaya mendapat pahala ke dua orang tua,
Dan Engkau pun mendapat pahala juga dari senyummu.
Karena senyum itu sedekah jua.

Anakku, berikanlah yang terbaik kepada Ibu Bapamu,
Sesungguhnya yang terbaik itu akan kembali kepadamu.”

Demikian sabda Nabi,
Utusan Ilahi,
Untuk insani.

Anakku,
Demikianlah pesanku.
Jangan tinggalkan sholat !
Sesungguhnya tiang agama itu adalah sholat,
Membedakan Islam dengan agama lain pun juga sholat,
Yang pertama dihisab di mahsyar pun juga sholat.

Ingatlah itu !
Tegakkanlah itu !
Agar Engkau selamat,
Dunia akhirat.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

14. Berjalan di Pasar

Untuk putra-putri, cucu dan cicitku serta Saudaraku seiman.

Hidup di dunia banyak godaan,
Tiada terlepas dari cobaan,
Kemana saja Berzikirlah kepada Tuhan,
Biar selamat nyawa dan badan,
Agar hidupmu diridhoi Tuhan.

Kalau Engkau lupa kepada Allah,
Allah pun lupa kepadamu.
Kalau Engkau ingat kepada Allah,
Allah pun ingat kepadamu.

Kalau duduk di dalam mobil,
Jangan di samping supir,
Kalau ia bukan mahram,
Supaya itu mobil,
Mudah dikendalikan supir,
Dan ia terjauh dari melihat yang haram.

Kalau berjalan di tengah pasar,
Kepala tunduk mata merunduk .
Pandangan mata jangan menyasar,
Agar dosa tidak menumpuk.

Naik tangga dengan wanita mahram,
Ia di depan kita di belakangnya.
Agar terhindar dari melihat yang haram,
Sambil kita menjadi pengawalnya.

Turun tangga dengan wanita mahram,
Ia di depan kita di belakangnya.
Agar terjauh dari melihat yang haram,
Sambil kita menjadi pengawalnya.

Naik tangga dengan wanita bukan mahram,
Kita di depan ia di belakang kita,
Agar terhindar dari melihat yang haram,
Dan ia menjadi pengawal kita.

Turun tangga dengan wanita bukan mahram,
Kita di depan ia di belakang kita.
Agar terhindar dari melihat yang haram,
Dan ia menjadi pengawal kita.

Jangan perturutkan suara nafsu,
Suara setan dimana saja.
Cermati dan pergunakan suara kalbu,
Godaan manusia ada saja.

”Bercakap dengan bukan mahram,
Jangan lebih lima kalimat,”
Begitulah sabda Nabi.
Jauhkan mata melihat yang haram,
Biar tak susah di hari kiamat,
Tak banyak perhitungan dengan Ilahi.

Jaga mata dan jaga tangan,
Kaki jangan ketinggalan.
Dosa mata dan dosa tangan,
Dosa kaki juga diperkirakan.

Jaga hati dan jaga mulut,
Jalan di kota berseberangan.
Biar kalah hati dan kalah mulut,
Asal jangan terjadi pertengkaran.

Bersintuhan tanpa syahwat dengan bukan mahram,
Dibolehkan mazhab Maliki, Hambali dan Hanafi.
”Bersalaman dengan bukan mahram,
Tidak pernah dikerjakan Nabi,
Karena jelas zina tangan,”
Demikian kata ‘Aisyah istri Nabi.

”Bersalaman dengan bukan mahram,
Kata Abdul Aziz bin Baz ulama Arab zaman sekarang,
”Berlapis tangan pun tetap haram,
Namun dikerjakan orang sangat jarang.”

Kalau pulang dari pasar,
Banyakkan beristighfar di akhir zikir.
Agar hapus dosa yang dapat di pasar,
Biar tinggal pahala zikir.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

13. Penyesalan

Untuk putra-putri, cucu dan cicitku serta Saudaraku seiman.

Di masa usiaku muda belia,
Darahku mengalir lancar semua,
Tubuhku kekar sehat pula,
Kenapa aku lupakan Dia,
Padahal dulu telah kujanji,
Di alam rahim Ibunda bestari.

Tujuh puluh tahun umurku kini,
Berkuranglah sudah nikmat Ilahi,
Kepala sudah memutih kini,
Gigi pun mulai tanggal tak berganti lagi.

Makanan dimakan memilih-milih,
Tidak seperti dahulu lagi,
Satu persatu dipreteli kini,
Nanti jadinya akan kembali seperti bayi.

Penglihatan berkurang,
Ingatan pun berkurang.

Ingat ke belakang sedih di hati,
Karena sesalan mengganjal di hati.
Ingat ke depan takut mati,
Karena tak ada bekal dibawa mati.

Kalau datang panggilan Ilahi,
Apa yang akan kupersembahkan nanti ?
Menuntut Ilmu Agama baru setahun padi.
Kenapa dulu aku tidak menjadi Santri ?
Biar banyak Ilmu Mengaji,
Kupersembahkan kepada Allah Yang Abadi.

Amal ibadahku baru setampuk pinang,
Bagaikan kapas dihembus angin,
Ringan – ringan terbang melayang.
Kenapa aku terlalai di masa mudaku yang hilang ?
Tidak mengabdi seperti janji di alam Rahim,
Kepada Allah Yang Maha Penyayang.

Padahal dunia tempat yang fana,
Tempat berhenti hanya sesa‘at.
Tujuan hidup adalah akhirat,
Kenapa aku terlalai di dunia fana.

Sebentar lagi senja ’kan tiba,
Mengejar malam gelap gulita.
Tangisan cucu mendatangkan iba,
Sebentar lagi akan tiada ia.

Lenyaplah warna, hitam pun tiba,
Istri dan anak tak nampak di mata.
Tinggallah harta tinggal pusaka,
Kaum kerabat sanak saudara.

Tuhanku,
Ampuni aku,
Dari-Mu aku datang,
Kepada- Mu aku akan pulang.
Terimalah tobatku,
Terimalah amal ibadahku,
Sayangilah aku,
Jauhkan siksa-Mu dari aku.

Tuhanku,
Hilangkan hausku,
Dahagakan kasih-Mu,
Jauhkan setan-setan penggoda daripadaku,
Di sa‘at aku menghadapi Matiku.

Sempatkan aku mengucapkan kata di akhir hayatku :
”La Ilaha illallah Muhammadurrasulullah”.
Jadikan akhir hayatku,
Akhir hayat yang ”Husnul Khotimah” ya Allah.

Tuhanku,
Ampuni aku,
Ampuni Saudaraku,
Ampuni keluargaku,
Ampuni keturunanku,
Jadikan kami hamba yang bersyukur,
Sebelum kami terkubur.
Ampuni ya Allah orang-orang yang mendzolimiku,
Terangilah hati mereka atas kekeliruannya kepadaku,
Sesungguhnya Kau Maha Tahu,
Apa yang mereka perbuat terhadapku.

Terimalah tobat kami,
Terimalah amal ibadah kami.
Sayangilah kami,
Jauhkan siksa-Mu dari kami.

Tuhanku,
Ampuni aku,
Ampunilah ke dua orang tuaku.
Kasihanilah mereka itu,
Seperti mereka merawat dan mengasihaniku,
Di masa kecilku.
Terimalah tobat mereka,
Terimalah amal ibadah mereka,
Jauhkan siksa-Mu dari mereka.

Tuhanku,
Lenyapkan panas hilangkan dahaga, bagi kami di Mahsyar-Mu,
Mudahkan dan selamatkan kami meniti di Shiroth-Mu,
Berikan kami syafa‘at Rasul-Mu Muhammad Kekasih-Mu,
Ikutkan kami dalam kelompok barisan Nabi-Mu.

Tuhanku,
Masukkan aku,
Masukkan ke dua orang tuaku,
Masukkan Saudaraku,
Masukkan keluargaku,
Masukkan keturunanku,
Masukkanlah Kami Semua ke dalam Sorga-Mu,
Sebagai ujung akhir perjalanan kami,
Tempat tujuan hidup kami yang Abadi.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

12. Guruku

”Untuk Sabaruddin Ahmad.”

Sabaruddin Ahmad guruku dahulu itu,
Sabaruddin Ahmad Dosenku dahulu itu.
Hatimu baik, putih bersih, laksana salju,
Sejuk merasuk, menyerap ke dalam kalbu.

Ikhlas hatimu kepada murid tiada terhingga,
Kau suka menasihatinya.
Kau pengasih dan pengiba,
Termasuk aku telah menikmatinya.

Pengucapan bahasamu baik dan benar,
Kau pandai mengatur intonasi tepat dan lancar.
Tak pernah ’ku bosan mendengar,
Jika di kelasku Engkau mengajar.

Kau mampu memilih rangkaian kata,
Sejalan dan sekawan.
Kau mahir menjalin kata,
Menjadikan bahasa indah dan menawan.

Kau pintar dan cekatan mengungkapkan ,
Pepatah dan petitih seakan hidup di kalangan bangsawan.
Tidaklah berlebihan kalau kukatakan,
Engkau guru Bahasa dan Sastra Indonesia berdarah Sastrawan.

Susah mencari penggantimu di Masa Ini,
Karena tak ada Duanya di zaman milenium ini.

Guruku !
Pernah kami di kalangan muridmu,
Menjuluki engkau ”ahli bahasa.”
Tetapi engkau tegas membantah dan berkata :
”Aku hanya pencinta bahasa.”

Kami katakan kau Sastrawan atau Pujangga,
Tetapi engkau berkata : ”Aku bukan pujangga.
Aku hanya sekedar pembaca fasih,
Penilai deklamasi.”

Guruku yang kucinta !
Kau didik aku sejak tahun sembilan belas lima puluh lima,
Di SMA Medan Negeri tiga.

Kau ajari aku dari tidak tahu,
Menjadi tahu.
Kau tanamkan di hatiku,
Mencintai Bahasa Ibu.

Kulanjutkan kuliahku,
Ke Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di Medan, Be Satu.

Pak Sabar guruku sayang !
Tak mungkin Kau tidak kupandang.

Pernah engkau kuliahi aku,
Di teras rumahmu,
Setiap hari Minggu,
Semacam ”privat less” tanpa honor guru,
Ketika hendak mengambil Sarjana Mudaku,
Di tahun sembilan belas enam puluh empat FKIP - USU.

Pernah aku sholat di kamarmu,
Dikelilingi lemari penuh buku.
Pernah aku makan di rumahmu,
Sehabis sholat bersamamu,
”Kalau Anda mau berhasil jadilah Insan Kutu Buku !”
Demikian kau berkata kepadaku.

Kupegang teguh nasihatmu itu,
Kuingat selalu di hatiku.

Guruku yang kucinta !
Tak pernah kudapati sosok guru seperti Anda,
Yang banyak berjasa,
Berjumpa dengan mantan mahasiswa,
Merasa belum punya jasa.
Bertemu dengan mantan siswa,
Merasa tak pernah berjasa,
Sekali pun mereka menjadi penguasa,
(Menjadi pemimpin yang berkuasa).

Semua kau anggap kawan !
Semua kau jadikan teman !

Guruku !
Banyak kenangan yang diingat dari guruku :
Kau rajin, berbudi luhur, santun, pengasih, pengiba, lapang dada,
Kau lincah, periang, bersemangat, rendah hati, sederhana,
Kau necis, simpatik,humoris, peramah dan berwibawa.

Kau suka berkelakar pandai berteman,
Disenangi kawan dan lawan.

Tak pernah terbayang kemalasan di wajahmu,
Ketika engkau mengajar siswamu.

Guruku, pernah dulu kudengar cerita,
Kau ditolak menjadi mahasiswa,
Sebagai dosen kau diterima,
Padahal kau tidak pernah menjadi mahasiswa.
.............................. Luar biasa !

Guruku sayang !
Sesudah empat puluh satu tahun berselang,
Tepatnya 17 September 2005 hari Sabtu,
Aku datang lagi ke tempatmu.
Engkau sudah berusia delapan puluh empat tahun,
Dan aku sudah tujuh puluh tahun.

Ketika aku berpelukan salam denganmu,
Spontan aku menangis terharu bertemu denganmu.
Kuingat Budimu,
Kuingat Kasihmu,
Kuingat Nasihatmu,
Kuingat Jasamu,
Spontan pula menyenak nafasku,
Kemudian menjalar terasa di sekujur badanku.

Kutanya : ”Dimana Ibu ?”
Ibu yang dulu kulihat sering menemanimu.
Kau katakan : ”Beliau sudah mendahului kita.
Beliau telah meninggalkan kita.”

Guruku, guruku sayang !
Tak mungkin kau tidak kusayang !
Tak ada yang dapat kuberikan padamu,
Selain do‘aku bersamamu,
Mengiringi hidup dan hidup keluargamu.

Semoga Engkau Disayang Ilahi,
Tuhan Pengasih yang Abadi.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

11. Guru

Kau adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa,
Kau didik dan kau ajari aku menulis dan membaca,
Menulis dengan huruf Latin dan huruf Alif Ba Ta.

Kau ajak aku mencintai Ibu dan Bapa,
Mencintai Sanak dan Saudara,
Mengasihi jiran tetangga dan kaum Dhu‘afa. 4)

Kau ajak aku menyayangi kawan Senusa dan Sebangsa,
Dan tidak lupa mencintai manusia semua bangsa.

Kau katakan kebersihan itu setengah iman,
Lima kali sehari menegakkan sholat,
Kau tunjuki aku jalan akhirat.
Sebagai tanda orang beriman,
Kau suruh aku membayar zakat,
Supaya hidupku selamat dunia akhirat.

Kau suruh aku berhaji dan berpuasa,
Berdzikir dan bersedekah tidak mengapa.

Kau didik aku menghargai waktu,
Bersopan santun kepada yang tua,
Dan menyayangi yang muda.
Kau ajari aku menggunakan waktu,
Supaya hidupku senang di hari tua,
Tidak membuang waktu di masa muda.

Guru, kau peragakan kepadaku Ilmu Hitung,
Menambah dan mengali.
Bagaimana mencari untung,
Modal awal harus kembali,
Seperti harga bahan barang,
Dan upah membuat barang.

Begitu pula upah angkut harus juga ikut kembali.
Bukan itu saja yang harus dihitung,
Biaya pengeluaran lain jangan pula tidak terhitung,
Di samping harga pasar yang mesti diingat lagi.

Kau ajari aku membagi,
Mengurang dan mengali.
Kau ajari pula aku Mengaji,
Membaca Al Qur’an berulang kali.

Aku sudah pandai menambah,
Sudah pula pandai mengurang.
Setiap hari kepintaranku bertambah,
Kebodohanku pun semakin berkurang.

Atas ajaranmu aku tahu Ilmu Hitung,
Ilmu Bumi, Ilmu Sejarah, Ilmu Biologi dan Ilmu Fisika.
Aku tidak lagi seperti katak di bawah tempurung,
Telah kukenal Ilmu Pengetahuan sampai Ilmu Methafisika.

Guru, besar Jasamu bukan kepalang,
Kau tunjuki aku Halal dan Haram.
Kau perkenalkan kepadaku Jalan Terlarang,
Supaya jangan terperosok ke dalam neraka Jahannam.

Kau tunjukkan kepadaku jalan ke Sorga,
Karena tujuan hidup utama adalah Sorga.

Guru, sekali pun Engkau Pahlawan Tanpa Tanda Jasa,
Jasamu sangat Mulia dan Agung.
Di dunia dinilai orang tak seberapa,
Di Akhirat dihargai sangat Mulia dan sangat Agung.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

----------------------
4). dhu‘afa = lemah

10. Ayah Bundaku

(Pejuang yang tak kenal menyerah).
Untuk putra-putri, cucu dan cicitku.

Membanting tulang sepanjang hari,
Mencangkul di atas tanah liat padat.
Berhujan, Berpanas, berhari-hari,
Untuk mencapai yang dihajat.

Semut api, lintah dan pacat pada menari,
Kaki digigit, darah diisap tiada terganti.
Agas dan nyamuk mengangkat nyanyi,
Selama hidup Derita menanti.

Kepada ananda,
Kau berkata,
”Tidak akan kuwariskan harta,
Karena harta mesti Dijaga.
Pusaka hanya Ilmu di dada,
Karena Ilmu dapat Menjaga.”

Itulah Semboyanmu !
Terngiang selalu di telingaku................... .

Ayahku, menjadi tukang rumah pun kau kerjakan,
Sebagai upahan jadi tambahan.
Demi masa depan anak di Hari Datang,
Asalkan anak-cucu dan cicit tinggi di Awang.

Ayahku, engkau pernah berkata,
Kepada Ibunda cahaya mata,
”Berikanlah yang terbaik kepada anakmu,
Sesungguhnya yang terbaik itu akan kembali kepadamu.”

Ayah Bundaku !
Kesusahanmu adalah kesusahanku,
Penderitaanmu adalah penderitaanku.

Penghasilan kerjaku adalah penghasilanmu,
Penghasilan pensiunku adalah penghasilanmu.
Hartaku adalah hartamu,
Malah diriku ini pun kepunyaanmu..................

Engkaulah Pahlawanku................. !
Dengan apalah Kubalas Pemberianmu ?

Kini Engkau tak ada lagi,
Pergi tidak akan kembali.
Hanya Kenangan tersimpan di hati,
Yang akan Kubawa sampai mati.

Kutulis untukmu buku ”Nasihat Untuk Anak Cucu” ini,
Kubeberkan dalam bentuk puisi,
Kubuat pula Sedekah, Wakaf, ‘Umrah dan Haji,
Dan do‘aku mengiringi Engkau selesai sholat setiap hari,
Sebagai penambah Amalmu di Kemudian Hari.

Semoga Engkau disayang Ilahi,
Allah Pengasih Robbal ‘Alami.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

9. Indonesiaku

Indonesia tanah airku,
Terdiri dari ribuan pulau.
Indonesia tanah airku,
Merupakan satu gugusan pulau.

Indonesia tanah airku,
Tanah tumpah darahku,
Kelihatan laksana kalung zamrud,
Sambung menyambung berturut - turut,
Terletak di bawah khatulistiwa,
Berkilauan ditimpa sinar Sang Surya.

Generasi muda bersatu :
Kami putra putri Indonesia,
Mengaku bertanah air satu,
Tanah air Indonesia.
Kami putra putri Indonesia,
Mengaku berbangsa satu,
Bangsa Indonesia.
Kami putra putri Indonesia,
Mengaku berbahasa satu,
”Bahasa Indonesoa.”

Walau pun pulau berbeda,
Mereka tetap mengaku satu.
Walau pun etnis bebeda,
Mereka tetap mengaku satu.
Walau pun adat berbeda,
Mereka tetap mengaku satu.

Mereka tinggal di kepulauan yang manis,
Sama dijajah kaum Imperialis,
Mereka berjuang,
Sama tujuan.

Walau pun berbeda agama,
Karena Sumpah Pemuda mengikati,
Falsafah Pancasila mendasari,
Dijaga betul kerukunan beragama.

Hari raya agama Islam,
Dirayakan oleh ummat Islam,
Tahun baru agama Islam,
Dirayakan oleh ummat Islam.

Merayakan Natal agama Masehi,
Hari lahir Jesus Kristus,
Dirayakan oleh pengikut Masehi,
Atau pengikut Jesus Kristus.

Bertahun baru pengikut Masehi,
Atau pengikut Jesus Kristus,
Dimeriahkan oleh pengikut Masehi,
Atau pengikut Jesus Kristus.

Hari Raya agama Budha,
Dimeriahkan oleh ummat Budha.

Hari raya agama Hindu,
Dirayakan oleh ummat Hindu.

Tahun baru Jawa,
Dirayakan oleh orang Jawa.

Tahun baru dan hari raya,
Dirayakan oleh ummatnya,
Baik miskin atau pun kaya,
Yang ikut merayakan hanya ummatnya.
Jadi tidaklah dirayakan bersama,
Dengan ummat lain yang beda agama.

Orang bilang Nabi merayakan hari lahir,
Karena lahirnya hari Senin,
Nabi pun berpuasa sunat pada hari lahir,
Yakni setiap hari Senin.

Nabi tidak pernah merayakan ulang tahun,
Yang dirayakan sekali dalam setahun,
Bila tanggal lahirnya genap setahun.

Peringatan ulang tahun,
Untuk diri pribadi,
Yang dirayakan sekali setahun,
Bersama teman – teman pribadi,
Adalah kebiasaan kaum Nasrani,
Bukan kebiasaan ummat Islami,

Itulah Indonesiaku,
Tanah tumpah darahku.
Dari Barat kota Olele,
Sampai ke Timur Kota Merauke.
Dari Utara Miyanmar dan Laut Cina Selatan,
Berbatas dengan Pulau Rote di Selatan.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

8. Mencari Jodoh

Orang bilang berpacaran perlu sekali,
Katanya untuk mngetahui hati,
Calon istri atau suami,
Padahal itu dilarang Nabi.

Sebelum menikah main pacaran,
Katanya menghambat perceraian.

Banyak orang menikah sesudah pacaran,
Tetapi banyak juga terjadi perceraian.

Main pacaran, bertukar cincin,
Ulang tahun, meniup lilin,
Itu semua kebiasaan kaum Nasrani,
Kenapa ditiru ummat Islami.

”Meniru-niru perbuatan mereka,
Adalah golongan mereka,”
Demikian sabda Nabi utusan Ilahi,
Pembawa rahmat seluruh alami.

Cincin perak pakaian pria,
Boleh dipakai kaum wanita.
Cincin emas pakaian wanita,
Haram hukumnya dipakai pria.

Jangan dilanggar larangan Nabi,
Utusan Ilahi seluruh alami,
Supaya Engkau disayang Ilahi.

Wahai pemuda pemudi,
Cari jodohmu kawan SEIMAN,
Yang mau senasib seperuntungan.
KAYA harta dan kaya budi,
Orang baik lagi BUDIMAN,
Baik pula KETURUNAN.

CANTIK dipandang mata,
DIRESTUI pula oleh keluarga,
Karena ia hiasan mata,
Supaya bahagia rumah tangga.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

7. Menuntut Ilmu

Pergilah anakku pergi,
Pergi menuntut Ilmu ke negeri orang.
Janganlah kembali ke negeri,
Sebelum ada Ilmu dibawa pulang.

Ada pun biaya kostmu,
Kuupayakan sedapat mungkin.
Do‘akanlah aku dengan Ibumu,
Agar tiap bulan kami dapat mengirim.

Wahai anakku sibiran tulang,
Belajarlah Engkau sambil beramal.
Jangan Engkau ikut-ikutan,
Kepada anak muda zaman sekarang.

Penyakit AIDS penyakit zaman Milenium,
Bisa mematikan dan menyerang kandungan.
Penyakit AIDS dapat menurun,
Kepada istri dan anak dalam kandungan.

Jauhi dirimu dari MEROKOK,
Jauhi pula penyakit AIDS dan NARKOBA.
Jauhkan dirimu dari sifat MENOKOH,
Hati-hatilah ’nak pergaulan kota.

Biar mengguntur gabak di hulu,
Biar petir sambar menyambar,
Biar topan seru menderu,
Asal hatimu tabah dan sabar ................,
Sekali pun perahumu perahu tua,
Tujukan perahumu ke tanah tepi,
Akhirnya Engkau akan sampai jua,
Ke tanah tepi,
Tujuan semula.

Kalau Ijazah sudah di tangan,
Bawalah menjadi buah tangan,
Untuk Ayah Bunda kenangan,
Yang menanti di kampung halaman.

Bila senja sudah tiba,
Burung-burung pada pulang ke sarang,
Pulanglah Engkau anakku sayang,
Supaya kita bercerita,
Tentang ”hidupmu” di masa datang.

Karena Ilmu sudah didapat,
Berbaktilah kepada ummat,
Supaya Ilmu bermanfa‘at,
Untuk dunia dan akhirat.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.