Minggu, 21 Februari 2010

10. Ayah Bundaku

(Pejuang yang tak kenal menyerah).
Untuk putra-putri, cucu dan cicitku.

Membanting tulang sepanjang hari,
Mencangkul di atas tanah liat padat.
Berhujan, Berpanas, berhari-hari,
Untuk mencapai yang dihajat.

Semut api, lintah dan pacat pada menari,
Kaki digigit, darah diisap tiada terganti.
Agas dan nyamuk mengangkat nyanyi,
Selama hidup Derita menanti.

Kepada ananda,
Kau berkata,
”Tidak akan kuwariskan harta,
Karena harta mesti Dijaga.
Pusaka hanya Ilmu di dada,
Karena Ilmu dapat Menjaga.”

Itulah Semboyanmu !
Terngiang selalu di telingaku................... .

Ayahku, menjadi tukang rumah pun kau kerjakan,
Sebagai upahan jadi tambahan.
Demi masa depan anak di Hari Datang,
Asalkan anak-cucu dan cicit tinggi di Awang.

Ayahku, engkau pernah berkata,
Kepada Ibunda cahaya mata,
”Berikanlah yang terbaik kepada anakmu,
Sesungguhnya yang terbaik itu akan kembali kepadamu.”

Ayah Bundaku !
Kesusahanmu adalah kesusahanku,
Penderitaanmu adalah penderitaanku.

Penghasilan kerjaku adalah penghasilanmu,
Penghasilan pensiunku adalah penghasilanmu.
Hartaku adalah hartamu,
Malah diriku ini pun kepunyaanmu..................

Engkaulah Pahlawanku................. !
Dengan apalah Kubalas Pemberianmu ?

Kini Engkau tak ada lagi,
Pergi tidak akan kembali.
Hanya Kenangan tersimpan di hati,
Yang akan Kubawa sampai mati.

Kutulis untukmu buku ”Nasihat Untuk Anak Cucu” ini,
Kubeberkan dalam bentuk puisi,
Kubuat pula Sedekah, Wakaf, ‘Umrah dan Haji,
Dan do‘aku mengiringi Engkau selesai sholat setiap hari,
Sebagai penambah Amalmu di Kemudian Hari.

Semoga Engkau disayang Ilahi,
Allah Pengasih Robbal ‘Alami.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar