Minggu, 21 Februari 2010

17. Menguburkan Orang Mati

Untuk putra-putri, cucu dan
cicitku serta Saudaraku seiman.

Berbaring jenazah di rumah duka,
Datang semua sanak Saudara.
Jiran tetangga hadir pula,
Tidak ketinggalan semua keluarga.

Sahabat karib berdatangan,
Jauh dekat tak ketinggalan.
Ada yang meneteskan air mata,
Semua yang datang sedih semata.

Dimandikan jenazah di rumah duka,
Digotongroyongkan anaknya pula.

Jenazah dikeluarkan dari rumah duluan kepala,
Ia digotong pakai keranda,
Ia berkata : ”Jangan digotong cepat-cepat,”
Agar ia melihat, mendengar suara anak-anak dan kerabat,
Karena perpisahannya dengan mereka hingga hari kiamat.

Masuk ke masjid didahulukan kepala oleh pengantarnya,
Agar ia melihat kaum kerabat dan pengantarnya.

Di masjid disholatkan bersama jama‘ahnya,
Dengan diimami anaknya.

Kalau jenazah itu pria,
Kepalanya di sebelah kanan imam,
Imam berdiri setentang dengan kepala jenazah.
Kalau jenazah itu wanita,
Kepalanya juga di sebelah kanan imam,
Imam berdiri setentang dengan bagian tengah jenazah.

Setelah jenazah disholatkan bersama,
Jenazah dikeluarkan dari masjid duluan kepala.

Kalau baik amal ibadahnya,
Ia meminta cepat-cepat digotong dimasukkan ke kuburnya.
Kalau jelek amal ibadahnya,
Ia takut dan meminta dilambatkan masuk ke kuburnya.

Jenazah masuk ke kubur duluan kepala,
Mulut dan hidung diciumkan ke tanah,
Dimiringkan menghadap Ka‘bah.
Pada kaki, badan dan kepala,
Berganjal kepalan tanah,
Begitulah menurut sunnah Rasul Allah.

Sesudah ditimbun lobang kubur,
Tinggallah badan seorang diri.
Tak seorang pun ikut dalam kubur,
Masing-masing pengantar pulang sendiri.

Sesudah tujuh langkah orang yang paling akhir,
Meninggalkan kubur.
Datanglah malaikat Munkar wa Nakir,
Menanyakan ahli kubur.

Kalau terjawab pertanyaan kubur,
Lepaslah dari siksa kubur.
Kalau pertanyaan tidak terjawab,
Tersiksalah sampai hari kiamat.

Siksa kubur itu dahsyat sekali,
Lebih dahsyat dari bom atom di Hirosima,
Munkar wa Nakir kelihatan seram sekali,
Suara dan pentung menggelegar gemuruh hebat sekali,
Siapa mendengar akan pingsan dan trauma,
Karena suaranya bagai petir membelah ardhi.

Cambuk, pentung dan mulutnya mengeluarkan api,
Jika terkena cambuk dan pentung anggota badani,
Hangus dan berlepasan,
Tetapi seketika itu juga bertaut kembali,
Yang terkena menangis dan menjerit merasa kesakitan,
Begitulah terus-menerus siksaan pembalasan,
Sampai terjadi hari kebangkitan.

Siksa kubur itu bagi jin dan manusia,
Di dengar setan, hewan dan Nabi.
Tidak diperdengarkan kepada jin dan manusia,
Karena itu rahasia Ilahi.......................................

Kalau mau dengar siksa kubur,
Nabi sanggup mendo‘akannya.
Karena takut Nabi tak berani orang pergi ke kubur,
Makanya Nabi tak mau mendo‘akannya.

”Agar terjauh siksa kubur di alam barzah :
Perbanyak beribadah,
Perbanyak bersedekah.
Perbanyak do‘a, zikir dan sholawat Nabi,
Kapan saja,
Dan dimana saja,
Terutama di pagi hari,
Dan di sore hari.

Perbanyak pula membaca Tasbih,
Agar kubur dilapangkan dan disinari.
Membaca Qur’an setiap hari,
Jangan putuskan silaturrahmi.”
Begitulah sabda Nabi.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar