Jumat, 05 Maret 2010

20. Kisah Pemuda Bernama ‘Uzair

Pada suatu hari ‘Uzair seorang sholih sampai di suatu desa,
Dilihatnya rusak binasa itu desa.
Mayat – mayat bergelimpangan,
Sudah busuk dan hancur berhamparan.

Keledainya ditambatnya,
Ia duduk bersandar di dekat keledai yang ditambatnya,
Ke dinding rumah yang sudah runtuh melepaskan penatnya.

Dalam pada itu ia berfikir,
Berfikir terus dan terus berfikir:
”Bagaimana orang mati bisa hidup kembali ?”
Begitulah ia berfikir berulang kali.

Akhirnya ia tertidur,
Terus menerus tertidur,
Tanpa bangun – bangun,
Selama seratus tahun.

Dalam masa seratus tahun,
Segalanya sudah berubah.
‘Uzair tetap terus tertidur bersandar dari tahun ke tahun,
Pada dinding buruk itu dan berubah.

Daging dan tulangnya pun hancur sama sekali,
Tidak kelihatan lagi.
Jasad ‘Uzair yang sudah mati itu,
Daging dan tulangnya yang sudah hancur itu,
Disusun kembali oleh Allah yang satu itu,
Lalu ditiupkan Allah ruh ke dalam tubuhnya itu,
‘Uzair pun hidup kembali seperti dulunya itu.

‘Uzair terus berdiri seperti orang bangun dari tidur,
Kemudian turunlah Malaikat dan bertanya kepadanya :
”Tahukah engkau ‘Uzair berapa lama tertidur ? ”
” Saya tidur sehari atau setengah hari, ” katanya.

Malaikat pun berkata kepadanya:
”Kau terdampar di sini genap seratus tahun lamanya.”

Tiba-tiba keledai yang sudah hancur bersamanya,
Dilihatnya mulai dikumpulkan, daging dan tulangnya,
Akhirnya bergerak, berdiri seperti sebelum Allah mematikannya.

”Sekarang tahulah saya siapa yang berkuasa di atas segalanya,
Allah Ta‘alalah yang berkuasa di atas segalanya.”
Kata ‘Uzair kepada malaikat yang bertanya.

Setelah menempuh berbagai kesukaran yang dihadapinya,
Akhirnya ia pun sampai ke rumah yang ditempatinya.
Ia melihat ada seorang perempuan tua di situ,
Lantas ia pun bertanya kepada perempuan tua itu.

”Inikah rumah tuan ‘Uzair ?” Tanyanya agak ragu.
”Ya.” Jawab perempuan itu tanpa ragu,
”Tetapi ia sudah lama pergi dari sini,
Ia tidak kabarkan diri,
Hidup dan mati dirinya,
Tak seorang pun yang tahu akan dirinya,”
Demikian jawab istrinya.

”Saya ‘Uzair ! kata ‘Uzair meyakinkan.
Saya oleh Allah seratus tahun lalu telah dimatikan.
Kini kembali saya dihidupkan setelah dimatikan.”

Perempuan itu seakan tidak percaya,
Lalu ia pun berkata :
”‘Uzair adalah seorang yang sholih dan do‘anya,
Selalu diterima Allah Ta‘ala,
Telah banyak orang sakit disembuhkan dengan do‘anya,
Saya ini istrinya !
Badan saya telah tua,
Dan lemah segala sendinya.
Mata saya pun sudah buta,
Karena selalu mengenang dan menangisinya.

Kalaulah tuan ini ‘Uzair suamiku,
Cobalah tuan do‘akan aku dulu,
Agar dapat melihat kembali suamiku,
Supaya mataku terang kembali seperti dulu,
Badanku kuat, agak muda sedikit seperti waktu dulu.”

Dengan menadahkan ke dua tangan ke langit lazuardi,
Berdo‘alah ‘Uzair kepada Ilahi,
Seketika itu dapatlah istrinya melihat kembali.
Mereka bergirang hati,
Mereka bersyukur dapat bertemu kembali.

Setelah itu pergilah ia bersama istrinya,
Kepada orang banyak memperkenalkan diri tanpa ragu.
‘Uzair memperkenalkan dirinya,
Dialah ‘Uzair yang hidup seratus tahun lalu.

Setelah penyerangan Nebukatnezar,
Kitab Taurat ikut terbakar,
Hanya ‘Uzairlah yang bisa hafal Taurat dengan lancar.
”Cobalah tuan sebutkan isi Taurat yang betul dan lancar!”
‘Uzair pun membaca dengan betul, fasih dan lancar.

Banyaklah orang Yahudi percaya,
Bahwa ia adalah ‘Uzair yang dipercaya.
Tetapi sebagian mereka pula,
Menganggap ‘Uzair sebagai anak Tuhan pula.

Maha Suci Allah Ta‘ala,
Tidak mempunyai anak seperti ‘Uzair dan ‘Isya,
Semua makhluk kepunyaan Allah Ta‘ala,
Ia adalah Tuhan yang Esa.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar