Jumat, 05 Maret 2010

27. Sholat Tarawih Berdasarkan Fatwa Al-Ustadz H. M. Arsyad Thalib Lubis Cetakan tahun 1968

Dalam riwayat Bukhari dikatakan,
”Rasulullah saw. tengah malam Ramadhan,
Sholat sunat mengimami beberapa sahabat,
Kata ‘Aisyah kepada ‘Urwah seorang sahabat.

Tiga malam Nabi saw. mengimami sholat,
Banyak orang mengikutinya sholat di masjid.
Malam ke empat Nabi tidak lagi datang sholat,
Orang datang melimpah ke luar masjid.

Usai sholat Subuh Nabi dengan sabdanya,
Tadi hari ke empat malamnya,
Aku tidak datang sholat bersama kamu,
Takut diwajibkan sholat itu atas kamu,
Sedang kamu tak mampu mengerjakannya.

Demikian hingga wafatnya Nabi,
Tak pernah sholat seperti itu lagi,
Dikerjakan Nabi di Masjid Nabawi.” 75)

Pada waktu Abu Bakar jadi Khalifah,
Hal itu seperti demikian juga,
Sampai datang pula,
Permulaan waktu ‘Umar bin Khattab jadi khalifah.

Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-‘Asqalani ahli hadits berkata,
Aku tidak lihat satu pun jua yang ada,
Jalan-jalan sanad hadits itu,
Berapa raka‘at sholat itu,
Dikerjakan Nabi beberapa malam itu.76)

Al-Hafizh Jalaluddin As-Suyuthi ahli hadits berkata,
Nabi hanya sholat beberapa malam saja,
Sholat yang tidak disebutkan bilangan raka‘at,
Kemudian ia mengundurkan diri malam ke empat.77)

Imam Az-Zarkasyi ahli hadits dengan katanya,
Yang tetap pada hadits shahih adanya,
Melakukan sholat tidak menyebutkan berapa raka‘atnya.78)

Imam As-Subki ahli hadits berkata,
Ketahuilah sesungguhnya tidak pernah ada,
Dinaqalkan berapa raka‘at sholat Rasul itu,
Pada beberapa malam itu,
Adakah dua puluh raka‘at,
Atau kurang dari dua puluh raka‘at,79)

Pada suatu malam Ramadhan,
‘Umar melihat orang mengerjakan,
Sholat tarawih di masjid seorang-seorang,
Ada berjama‘ah beberapa orang.

Kata ‘Umar kepada Abdur Rahman bin Abdul Qari,
Seorang sahabat Nabi,
”Lebih baik mereka dikumpulkan,
Mengikuti satu imam sholat.
Akhirnya beliau mengambil keputusan,
Ubai bin Ka‘ab menjadi imam sholat.”80)

‘Umar ke luar lagi di malam lainnya,
Dilihatnya banyak orang,
Berimam kepada satu orang.
Ia berkata : ”Ini bid‘ah yang sebaik-baiknya,”
Katanya sholat di akhir malam sesudah tidur,
Lebih afdhal daripada sebelum tidur,
Karena mereka bertarawih di awal malam sebelum tidur.

Kejadian itu tahun ke empat belas Hijriyah,
Mulai sa‘at itu kaum muslimin Madinah,
Bertarawih di Masjid Nabawi,81)
Berimam kepada satu orang sahabat Nabi,
Ubai bin Ka‘ab mengimami pria,
Sulaiman bin Abu Hatsmah mengimami wanita. 82)

Setahun sesudah ‘Umar bin Khattab jadi khalifah,
Dikerjakan dua puluh raka‘at di Madinah,
Dengan berimam kepada satu orang,
Di Makkah pun diikuti orang,
Dengan berimam pula kepada satu orang.

Sholat tarawih yang dikerjakan atasnya,
Merupakan sunnah Khulafa-ur Rasyidin,
Karena orang sudah Ijma‘ atasnya,
Pada zaman Khulafa-ur Rasyidin.

‘Aisyah, ‘Utsman dan ‘Ali tak membantah,
Juga sahabat Nabi di Madinah dan Makkah.
Sahabat-sahabat Nabi di tempat lain,
Tidak juga ada yang membantah.
Ulama Tabi‘in di tempat lain,
Tak seorang jua pun membantah.

Mereka sholat perlahan-lahan,
Imam membaca ayat panjang,
Dilaksanakan dengan rasa senang,
Sekali pun lama dan perlahan.

Mereka berulang-ulang istirahat,
Dalam tarawih dua puluh raka‘at,
Mereka lakukan empat kali istirahat.
Sholat dikerjakan dua raka‘at,
Dengan satu kali salam.
Sesudah sholat empat raka‘at,
Dengan dua kali salam,
Mereka satu kali istirahat.

Sesudah delapan raka‘at,
Mereka dua kali istirahat.

Sesudah dua belas raka‘at,
Mereka tiga kali istirahat.

Sesudah enam belas raka‘at,
Mereka empat kali istirahat.

Sesudah dua puluh raka‘at,
Mereka tidak lagi istirahat.

Waktu istirahat tidak dikosongkan begitu saja,
Tetapi diisi pula dengan amal saja.
Di Masjidil Haram Makkah,
Tiap istirahat mereka tawaf di Ka‘bah,
Mengelilingi Baitullah tujuh kali,
Demikianlah mereka bertarawih.

Waktu istirahat tidak dikosongkan begitu saja,
Tetapi diisi pula dengan amal saja.
Di Masjid Nabawi Madinah,
Setahun sejak ‘Umar bin Khattab jadi khalifah,
Tiap kali istirahat,
Mereka sholat sunat empat raka‘at.
Dengan empat kali istirahat,
Mereka sholat sunat enam belas raka‘at.

Sholat tarawih dua puluh raka ‘at,
Ditambah sholat sunat mereka,
Enam belas raka’at.
Dengan demikian sholat mereka,
Di Madinah berjumlah tiga puluh enam raka’at.83)

Muslim Indonesia mengisi istirahat,
Dengan bacaan Do‘a, Tasbih dan Sholawat.

”Tarawihah” artinya ”satu kali istirahat”.
Dikatakan ”tarawih” artinya ”beberapa kali istirahat”,
Atau ”banyak istirahat”.
Sholat sunat tarawih, sholat sunat yang ”banyak istirahat.”

Dari Abu Salamah berkata ‘Aisyah r.a. : ”Rasulullah saw.,
Tidak ada melebihi pada bulan Ramadhan,
Dan tidak pada bulan yang lain di luar Ramadhan,
Daripada sebelas raka‘at.
Ia sholat empat raka‘at.
Maka jangan engkau tanya lagi,
Tentang bagus dan panjangnya.
Kemudian ia sholat empat raka‘at.
Maka jangan engkau tanya lagi,
Tentang bagus dan panjangnya.
Kemudian ia sholat tiga raka‘at.
Ya Rasul, sebelum berwitir kau tidur ?
Ya ‘Aisyah, sesungguhnya ke dua mataku tidur,
Dan hatiku tidak tidur.” 84)

Sholat yang dikerjakan Nabi itu,
Bersama sahabat tiga malam itu,
Bentuknya dua kali empat raka‘at,
Sama dengan delapan raka‘at,
Ditambah tiga raka‘at,
Menjadi sebelas raka‘at.

Sholat yang dikerjakan Nabi itu,
Bersama sahabat tiga malam itu,
Selain dikerjakan di bulan Ramadhan,
Dikerjakan Nabi juga di luar bulan Ramadhan.

Jadi sholat yang dikerjakan Nabi itu,
Bersama sahabat tiga malam itu,
Bukan sholat tarawih sebelas raka‘at,
Tetapi sholat witir sebelas raka‘at.85)

Mulai ‘Umar bin Khattab jadi khalifah,
Permulaan abad pertama Hijriyah,
Sampai sekarang Muslimin dunia,
Terdiri dari sahabat Nabi yang mulia,
Juga tabi‘in – tabi‘in semua,
Dan tabi‘it - tabi‘in semua,
Begitu pula Imam mazhab semua,
Bersholat tarawih dua puluh raka‘at.

Hingga kini di Masjidil Haram Makkah,
Dan masjid Nabawi di Madinah,
Orang bersholat tarawih dua puluh raka‘at.

Imam Malik menambah lagi raka‘at,
Dengan sholat sunat di Madinah enam belas raka‘at.

Sholat yang dilakukan delapan raka‘at,
Dengan satu kali istirahat,
Tidak dapat dinamakan sholat tarawih.
Karena sholat ”tarawih”,
Artinya sholat ”beberapa kali istirahat,”
Atau sholat yang ”banyak istirahat.”
Dikatakan ”banyak istirahat,”
Kalau lebih dari ”dua kali istirahat.”

Kalau ada hadits sholat tarawih delapan raka‘at,
Di ibukota negara Islam di Madinah,
Pada waktu ‘Umar bin Khattab jadi Khalifah,
Kenapa orang ijma‘ dua puluh raka‘at,
Dan tidak delapan raka‘at.

H.M. Ma‘shum Hasibuan, B.A.

75). Riwayat Al-Bukhari
NB. : Demikianlah penyelidikan ahli-ahli hadits.
Keterangan yang kuat dan tegas tidak dijumpai,
yang menyatakan berapa raka‘at sholat
dikerjakan Nabi saw. pada beberapa malam
bulan Ramadhan seperti yang diceritakan
‘Aisyah di atas (lihat : Fatwa, hal 21-22,
Al-Ustadz H. M. Arsyad Thalib Lubis).

76). Lihat : Fathul Bari 3 : 10
77) Lihat : Al-Hawi 1: 537
78) Lihat : Al-Hawi 1: 542
79) Lihat : Al-Hawi 1: 542
80). Riwayat Al-Bukhari
81). Menurut keterangan Al-Asykari
dalam ”Al Awail”
82). Riwayat Al-Baihaqi
83). Menurut At-Tuhfah kejadian itu berlaku
mulai akhir abad pertama Hijriyah
84). Riwayat Al-Bukhari
85). Lihat : Fatwa, Al-Ustadz H.M. Arsyad Thalib Lubis, hal. 35 :
1. Syekh Ibnu Hajar dalam At-Tuhfah 2:225,
hadits tersebut sebagai dalil menyatakan sholat
Witir sebelas raka‘at.
2. Demikian juga Syaikhul Islam Zakariya Al-Ansyari,
menyebutkannya dalam Asnal Mathalib 1:202.
3. Imam Malik menyebutkan hadits tersebut dalam
Al-Muwaththa’ pada bagian sholat witir.
4. ‘Aisyah yang menceritakan kejadian tersebut
menghubungkan juga sholat itu dengan witir,
seperti ternyata pada pertanyaan kepada Nabi saw.
pada akhir hadits itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar